Mohon tunggu...
A.L.A.Indonesia
A.L.A.Indonesia Mohon Tunggu... Dosen, Peneliti, Petualang, Penonton Sepakbola, Motivator, Pengusaha HERBAL -

"Jika KOMPASIANER tak punya nyali menuliskan kebenaran, ia tak ubahnya manusia tanpa ruh. Ia seperti mayat-mayat hidup. Catat! Jika kita berjuang mungkin kita tidak selalu menang, tapi jika kita tidak berjuang sudah pasti kita kalah. http://blasze.tk/G9TFIJ

Selanjutnya

Tutup

Bola

Menanti Akhir Balas Dendam Gerardo “Tata” Martino Dalam Perburuan Gelar Juara Copa America

2 Juli 2015   12:40 Diperbarui: 2 Juli 2015   12:40 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelatih Argentina Gerardo Martino (Sumber Gettyimages.com)

Awalnya publik Argentina dibuat waswas dengan penampilan Lionel Messi dan kawan-kawan di ajang Copa America 2015. Datang dengan skuat bertabur bintang Eropa dan menjadi tim unggulan, nyatanya Argentina sempat keteteran di babak penyisihan grup. Meskipun menjadi juara grup B tapi penampilan Argentina belum menunjukkan kelasnya sebagai kandidat juara. Setelah hanya bermain imbang 2-2 dengan Paraguay, lalu unggul 1-0 atas Uruguay. Akhirnya kepastian lolos Argentina dari penyisihan grup baru ditentukan lewat kemenangan 1-0 atas Jamaica.

Dibabak perempatfinal, Argentina belum juga menunjukkan permainan terbaiknya hingga dipaksa bermain imbang 0-0 melawan Kolombia. Carlos Tevez akhirnya muncul sebagai pahlawan dalam babak adu pinalti yang sangat menegangkan. Publik Argentina sempat dibuat khawatir ketika Tevez melangkah menuju titik putih 12 pas. Ingatan mereka belum hilang sepenuhnya saat Tevez menjadi satu-satunya pemain Argentina yang gagal menciptakan gol melalui titik putih ketika Copa America 2011 di Argentina. Saat itu Tevez menjadi pecundang dan biang kegagalan Argentina di ajang tersebut.

Pelatih Argentina Gerardo Martino (Sumber Sambafoot.com)

Sepakbola memang bukan matematika. Tim unggulan belum tentu menjadi juara. Dan tim terbaik belum tentu memenangkan pertandingan. Tapi perlu diingat juga bahwa sepakbola tetap memiliki logika universal. Meskipun bola memang bundar, tapi tim terbaik yang skuatnya bertabur bintang, jika diracik oleh arsitek yang tepat tentunya dengan strategi yang tepat pula bisa menjadi jaminan kemenangan. Meskipun tak bisa dipungkiri juga terkadang terjadi anomali dalam sepakbola.

Dan akhirnya dalam babak semifinal melawan Paraguay, Gerardo “Tata” Martino menunjukkan jati dirinya sebagai arsitek jempolan yang layak membesut tim bertabur bintang Argentina. Melalui sentuhan magisnya, “Tata” Martino mampu mempertontonkan tarian Tango khas Argentina saat Messi dan kawan-kawan menghancurkan Paraguay dengan skor telak 6-1.

Siapakah Gerardo “Tata” Martino?

Pelatih Argentina Gerardo Martino (Sumber Gettyimages.com)

Martino lahir pada 20 November 1962 di Rosario, kota terbesar kedua di Argentina. Dia adalah mantan gelandang dan kapten tim raksasa Argentina Newell’s Old Boys. Karir sepakbola profesionalnya juga berawal ketika ia bergabung dengan Newell's Old Boys. Permainan lugas nan tangkas tanpa kompromi mendukung posisinya yang diplot sebagai gelandang serang atraktif. Selama 16 tahun pengabdiannya di Newell's Old Boys, ia sukses menciptakan 36 gol untuk La Lepra. Selain itu, persembahan dua gelar liga Argentina dan dua gelar Torneo Clausura di musim 1987–88, 1990–91, 1992, 2013 menjadikannya sebagai ikon paling sukses di Newell's Old Boys.

Usai sukses bersama Newell's Old Boys, Martino mulai mencoba peruntungan di Eropa kala bergabung dengan Tenerife di Liga Spanyol. Namun sayangnya, Martino gagal masuk dalam tim inti dan hanya mendapat kesempatan bermain sebanyak 15 kali. Martino pun akhirnya memilih kembali ke Argentina untuk bergabung dengan Lanus. Akhirnya, Martino mengakhiri karir sebagai pemain professionalnya di Newell's Old Boys di tahun 1995.

Pelatih Argentina Gerardo Martino dan Messi (Sumber english-sport.com)

Kecintaannya pada sepakbola membuat dirinya memilih meneruskan karir sebagai pelatih. Selain itu pilihan karir sebagai pelatih juga terinspirasi dari pelatihnya di Newell's Old Boys, Marcelo Bielsa.

Karir kepelatihannya dimulai di klub divisi dua Argentina, Atletico Almirante Brown. Setahun kemudian Martino menjadi pelatih Platense. Masa kejayaan Martino sebagai pelatih klub professional diraihnya bersama Libertad dan Cerro Porteno di Liga Paraguay dengan mempersembahkan 7 gelar juara Liga.

Atas prestasi gemilangnya bersama klub Libertad dan Cerro Porteno tersebut, Martino kemudian didaulat menjadi pelatih Timnas Paraguay. Hasilnya, Martino sukses mengantarkan Paraguay lolos ke pentas Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Dahsyatnya lagi, Martino mampu membawa Santa Cruz dan kawan-kawan hingga babak perempatfinal, sebelum akhirnya disingkirkan oleh sang juara dunia, Spanyol.

Usai Piala Dunia Afrika Selatan, setahun kemudian Martino sukses membawa Paraguay ke babak final Copa America 2011 di Argentina. Sayangnya, nasib baik sepertinya belum berpihak pada Martino. Di partai final Copa America 2011, Paraguay dikalahkan oleh Uruguay yang sukses merengkuh trofi Copa America untuk ke-15 kalinya.

Usai dikalahkan Uruguay di partai final Copa America 2011, Martino memilih mengundurkan diri dari arsitek timnas Paraguay. Ia pun kembali ke klub lamanya Newell's Old Boys sebagai pelatih dan memberikannya gelar Torneo Clausura untuk mantan klubnya tersebut di musim 2013. Pada musim kompetisi 2013/2014, Martino direkrut oleh Barcelona menggantikan Tito Vilanova yang mengundurkan diri. Sayangnya, karena tidak tahan dengan kritikan media Spanyol yang terus menyerang taktiknya, Martino akhirnya memilih hengkang dari Barcelona dan menerima tawaran menjadi pelatih Tim Tango Argentina sejak 2014.

Jika dilihat dari gaya kepelatihannya, Martino adalah penganut paham Bielsista. Hal yang sangat wajar karena Marcelo Bielsa adalah mantan pelatihnya di Newell's Old Boys sekaligus sebagai inspiratornya. Sama seperti Pep Guardiola, sebelum memutuskan menjadi pelatih Martino juga banyak berdiskusi dengan Bielsa.

Marcelo Bielsa, Pep Guardiola dan Martino memang memiliki filosofi sepakbola yang sama. Ketiganya mengedepankan permainan menekan tempo tinggi hingga wilayah lawan dan mendominasi penguasaan bola dengan permainan kolektifnya. Hanya saja, Martino kerap mengadaptasi taktik sesuai dengan lawan yang dihadapi. Martino sangat teguh memegang prinsip "pertahanan terbaik adalah menyerang", tetapi untuk menyerang, lini pertahanan harus lebih dahulu memberikan rasa aman. Filosof Martino "pertahanan terbaik adalah menyerang" terbilang ampuh di Copa America 2015 ini. Hingga babak semifinal usai, Argentina mampu menggelontorkan 10 gol dan hanya kemasukan 3 gol dengan selisih gol 7.

Meskipun rekor pribadinya sebagai pemain dan pelatih terbilang mentereng, Martino sadar tugasnya bersama Tim Tango Argentina belum tuntas. Ia ingin menorehkan sejarah membawa Argentina menjadi juara Copa America untuk ke-15 kalinya sekaligus mengakhiri puasa gelar selama 22 tahun.

Martino sangat yakin, dengan sentuhan magisnya dia mampu mempertontonkan tarian Tango Argentina di Santiago. Dan ketika tarian tango sudah dipertontonkan oleh ahlinya, maka tak akan ada tim yang mampu menghentikannya.
Lewat sajian tarian tango Argentina yang akan dipertontonkan oleh Lionel Messi dan kawan-kawan, Martino pun sangat yakin mampu mewujudkan balas dendamnya untuk menjadi juara Copa America 2015 yang gagal ia wujudkan bersama Paraguay di tahun 2011. Bagi Martino, sekarang atau tidak sama sekali. Vamos Argentina!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun