Mohon tunggu...
A.L.A.Indonesia
A.L.A.Indonesia Mohon Tunggu... Dosen, Peneliti, Petualang, Penonton Sepakbola, Motivator, Pengusaha HERBAL -

"Jika KOMPASIANER tak punya nyali menuliskan kebenaran, ia tak ubahnya manusia tanpa ruh. Ia seperti mayat-mayat hidup. Catat! Jika kita berjuang mungkin kita tidak selalu menang, tapi jika kita tidak berjuang sudah pasti kita kalah. http://blasze.tk/G9TFIJ

Selanjutnya

Tutup

Bola

Antara Maradona dan Lionel Messi, Siapa “Tuhan” Sepakbola Argentina?

25 Juni 2015   12:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:12 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

 

Di belahan dunia manapun, sepakbola sering dijadikan sebagai agama kedua. Mereka rela melakukan apapun demi sepakbola. Fanatisme sepakbola hampir sama kuatnya dengan fanatisme agama. Lihat saja kasus kerusuhan massal di seluruh penjuru kota Buenos Aeros usai mereka kehilangan klub River Plate yang harus terdegradasi. Tak hanya mengamuk di dalam stadion, suporter River Plate juga membakar beberapa mobil di luar stadion serta bentrok dengan pihak keamanan.

Contoh lainnya, ketaatan orang terhadap tuntunan agamanya justru sering dikalahkan oleh tontonan sepakbola. Lihat saja ketika pertandingan sepakbola berbenturan dengan waktu ibadah maka banyak yang lebih memilih meninggalkannya demi menyaksikan pertandingan sepakbola. Di Indonesia, banyak orang yang rela bangun di sepertiga malam terakhir bukannya untuk beribadah mendekatkan diri pada Tuhan-nya tapi hanya untuk menyaksikan pertandingan sepakbola. Celakanya, ketika sepakbola sudah dijadikan agama maka kekalahan menjadi barang haram. Kekalahan bisa berakibat kerusuhan massal dan nyawa yang melayang sia-sia. Andres Escobar harus meregang nyawa gara-gara melakukan gol bunuh diri yang berakibat kekalahan Kolombia atas Amerika Serikat.

Dan seperti halnya agama yang selalu memiliki Tuhan, maka dalam sepakbola pun selalu ada yang di “Tuhankan”. Bedanya, “Tuhan” dalam sepakbola sering silih berganti seiring prestasi dan usia.

Diego Armando Maradona boleh jadi dianggap sebagai salah satu “Tuhan” yang bermain sepakbola. Maka tidak mengherankan ketika para pemujanya memberi julukan “Santo Maradona”, orang suci yang bermain sepakbola.

Para pecinta dan pengagum Maradona bahkan benar-benar menciptakan agama baru bernama “Iglesia Maradoniana”. Dan tanggal kelahiran Maradona, 30 Oktober pun diperingati sebagai hari suci. Pentasbihan Maradona sebagai “Tuhan-nya” sepakbola semakin kokoh ketika Maradona menciptkan gol kemenangan Argentina atas Inggris melalui “tangan Tuhan” di Piala Dunia 1986. Momen kemenangan Argentina atas Inggris melaui gol “tangan Tuhan” itulah yang dianggap Diegorian Brothers sebagai hari dimana Maradona ditasbihkan menjadi “Tuhan”.

Kemenangan Argentina atas Inggris di ajang Piala Dunia 1986 tersebut memiliki arti penting yang sangat dalam bagi “Iglesia Maradoniana”. Pertama, Maradona menaklukan Inggris, bangsa yang begitu sombongnya mendeklarasikan diri sebagai negara asal sepakbola ditambah ketika itu kondisi politik kedua negara ini sedang panas-panasnya akibat dampak perang Malvinas. Kedua, Maradona membuktikan bahwa postur tubuh bangsa Amerika Latin yang lebih pendek dari tubuh bangsa Eropa bukan halangan untuk berprestasi. Jika tanggal kelahiran Maradona diperingati sebagai hari “Natal” maka oleh penganut “Iglesia Maradoniana” tanggal lahirnya gol “tangan Tuhan” 22 Juni diperingati sebagai hari “Paskah”.

Melalui ilmu “othak-athik-gathuk”, momor punggung 10 milik Maradona pun dianggap memiliki arti lebih dan bukan hanya sekedar nomor punggung. Diego 10’s, nomor sepuluh Maradona jika diutak-atik akan jadi “D10S”. Dios sendiri dalam bahasa Spanyol berarti Tuhan. Dan seperti Agama pada umumnya, “Iglesia Maradoniana” pun memiliki larangan-larangan atau perintah dalam agamanya. Agama ini memiliki 10 perintah (Ten Commandments) yang di antaranya:

1. Bola tidak boleh kotor, seperti telah diproklamasikan oleh “D10S”.
2. Cinta sepakbola atas segala sesuatu
3. Menyatakan cinta tanpa syarat pada sepak bola.
4. Mempertahankan warna dari Argentina
5. Menyampaikan kata-kata “D10S” seluruh dunia
6. Berdoa di kuil-kuil di mana ia berkhotbah dan di mantel suci
7. Jangan mengklaim nama Diego diatas suatu klub.
8. Ikuti ajaran Gereja Maradonian
9. Biarkan Diego akan nama-Mu, dan menjadi salah satu dari nama anak-anak Anda.
10. “No ser cabeza de termo y que no se te la Tortuga.” (Artinya, jangan jadikan kepala panas dan simpanlah di dalam celana).

Kecintaan para pemuja Maradona memang luar biasa. Termasuk ketika Maradona terbelit kasus narkoba mereka tetap setia mendukung Maradona dengan meneriakkan kalimat “In God We Believe, In Maradona We Gonna Live”.

Maradona terbukti sukses membawa kejayaan Argentina dengan membawa pulang tropi Piala Dunia 1986. Maka sangat wajar ketika rakyat Argentina begitu memuja dan mencintainya. Bahkan sebagian diantaranya menjadikannya sebagai “Tuhan”.

Dan kini di era sepakbola modern, sepertinya Argentina telah melahirkan “Tuhan” sepakbola yang baru bagi Argentina. Dialah Liones Andres Messi Cuccittini yang populer disapa Messi. Bocah ajaib dengan segudang prestasi bersama klubnya, Barcelona.

Seperti halnya Maradona, Messi pun dianggap sebagai “Tuhan” yang sedang bermain bola. Para pemujanya menjulukinya “Sang Messiah” sepakbola.

Di usia 21 tahun, Messi telah dinominasikan untuk mendapatkan gelar Ballon d'Or dan Pemain Terbaik Dunia FIFA. Di level klub, prestasi Messi jauh melampaui capaian Maradona. Coba tunjukkan gelar apa yang belum diraih oleh Messi bersama Barcelona. Ya, semuanya sudah, 7 gelar La Liga Spanyol, 4 gelar Liga Champions Eropa, 3 gelar Copa del Rey, masing-masing 1 gelar Piala Super Eropa dan Piala Dunia Antar Klub. Yang lebih mencengangkan lagi, 4 kali peraih Pemain Terbaik Dunia FIFA Ballon d'Or. Sayangnya, untuk kiprahnya bersama Tim Nasional Argentina, Messi masih kalah dari Maradona yang telah mempersembahkan 2 Piala Dunia bagi Tim Tango.

Kini, di Copa America 2015, Messi bisa menunjukkan pada pecinta dan pemujanya bahwa dialah “Tuhan” baru sepakbola Argentina. Tentu saja, Messi benar-benar akan ditasbihkan menjadi “Tuhan” baru sepakbola Argentina jika Messi berhasil membawa pulang tropi Copa America 2015 dengan menjadi juara.

Jika pada Piala Dunia 2014 di Brasil, Messi hanya mampu menyabet gelar sebagai pemain terbaik turnamen setelah Argentina dikalahkan oleh Jerman di final, maka di Copa America 2015 ini peluang Messi untuk menyabet gelar pemain terbaik sekaligus juara Copa America 2015 peluangnya sangat terbuka lebar. Apalagi tim Argentina yang dihuni oleh striker kelas dunia seperti Aguero, Higuain, Tevez dan dikapteni oleh Messi mendapat julukan sebagai generasi emasnya Argentina. Saatnya kita menjadi saksi lahirnya “Tuhan” baru sepakbola Argentina melalui Kompas TV yang menyiarkan secara langsung Copa America 2015.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun