Pada saat ini adanya pandemi Covid 19 telah menyebabkan krisis multidimensi  hampir disemua negara, termasuk negara Indonesia. Munculnya permasalahan Covid 19 yang menyebabakan adanya peraturan atau penerapan PSBB, New Normal, dan PPKM telah menyebababkan sektor UMKM terpuruk. Akibat hal tersebut para pelaku UMKM banyak yang gulung ikar, Kerentanan dan ada pulayang masih ertahan namun pada akhirnya gulung tikar juga. Pemerintah berusaha untuk membangkitkan sektor UMKM, Dikarenakn sektor UMKM lah yang dapat membangkitkan p[erekonomian nasional. Dalam kondisi krisis seperti ini sektor UMKM lah yang harus diperhatikan oleh pemerintah, haol tersebut dikarenakan sektor UMKM merupakan penyumbang PDB serta menyerap tenaga kerja yang banyak, dan mensubtitusi produksi barang konsumsi maupun setengah jadi.Â
UMKM di Kabupaten Jember terkena dampak dari adanya pandemi Covid 19 serta adanya pemberlakuan penerapan PPKM. Di Desa Sukorejo, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, ada lebih dari 10 produsen berbagai kerupuk, rata-rata memproduksi krupuk puli dengan berbagai macam varian rasa, seperti rasa bawang dan terasi serta memiliki berbagai macam bentuk ada yang kotak, bulat dan oval. Adanya pengusaha krupuk puli sangat membantu para warga Desa Sukorjo, pasalnya dalam proses produksi kerupuk puli banyak menyerap tenaga kerja terutama ibu rumah tangga, sehingga dapat membantu perekonomian warga sekitar.
Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyrakat (PPKM) pada tanggal 21 juli yang diperpanjang terus menerus dengan melakukan pembatasan jam kerja serta melarang masyrakat berkumpul atau berkurumun sangat meresahkan para pengusaha UMKM, dimana mereka mengalami penurunan pendapatan dan kehilangan pelanggan. Salah satu UMKM yang terkena dampak dari pandemi Covid 19 adalah UMKM Krupuk Puli "UD. Prima Utama".
Kendala yang dihadapi, yaitu penjualan krupuk menjadi tidak lancar dikarenakan adanya pembatasan penjualan dipasar, hal tersebut juga berdampak terhadap para tengkulak yang tidak berani mengambil krupuk secara banyak kepada para produsen. Pada kondisi normal UD. Prima Utama dapat memproduksi krupuk sebanyak 60 kg setiap harinya, sedangakan pada saat ini hanya dapat memproduksi 30 kg dan sering tidak melakukan proses produksi di karenakan stok krupuk yang belum laku. Permasalahan lainnya juga terjadi pemangkasan para pekerja untuk mengurangi pengeluaran perusahaan.Â
Pada mingu pertama melakukan observasi mengenai kendala-kendala yang dihadapi baik kendala dalam pemasaran produk maupun kendala dalam proses produksi oleh pemilik UD. Prima Utama serta menentukan program kerja untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Pada minggu ke dua melakukan sosialisasi menganai pentingnya inovasi terhadap label yang lebih menarik dan kemasan yang lebih ekonomis yaitu kemasan 1 kg, karna kemasan sebelumnya hanya ada kemasan 5 kg yang memberatkan para pembeli. Untuk minggu ke tiga melakukan pengadaan kelas desa yang dikuti oleh para pelaku UMKM kerupuk puli yang ada di Desa Sukorejo, materi kelas desa tersebut nantinya akan membahas mengenai strategi pemasaran melalui Diital Marketing untuk meningkatkan pemasaran kerupuk puli yang terpuruk akibat adanya pandemi Covid 19. Selama proses pendampingan berlangsung penulis akan membantu mulai dari pembuatan label yang baru serta memilih kemasan yang sesuai, dan pembuatan akun market palce ataupun sosial media.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H