Mohon tunggu...
alai laila
alai laila Mohon Tunggu... -

Saya hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Masih belajar banyak hal, terutama bersosialisasi melalui 'kompasiana' ini, sehingga dapat terus belajar dan belajar...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Catatan Kecil tentang Disharmonisasi Rumah Tangga

26 Januari 2011   15:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:09 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari sudah menjelang senja dan hampir gelap,  tapi anak anak di jalanan dan  gang masih banyak yang bermain dan nonkrong-nongkrong, entah kemana para orang tua mereka, membiarkan anak anak  gentayangan tidak tentu arah. Memang itulah fenomena Jakarta di gang-gang sempit dan jalan-jalan yang kumuh. Mereka kebanyakan dari keluarga yang ekonominya sulit, sangat sulit  dan sangat-sangat sulit, maksudnya miskin, sangat miskin dan sangat-sangat miskin.

Latar belakangnya juga beragam. Ada yang orang tuanya bercerai  hingga anak-anaknya tidak ada yang memberikan nafkah, sedangkan ibunya tidak bekerja. Sehingga jadilah mereka luntang lantung, menjadi 'anak jalanan' yang tidak terdidik di dalam keluarga. Yang mendidiknya adalah jalanan. Bisa ditebak hasilnya adalah benang kusut problematika anak-anak tidak sekolah dan tidak belajar dan rumah tangga tidak harmonis. Pasti menjadi anak yang tidak berkembang kejiwaannya atau menyimpang.

Banyak contoh yang bisa dijadikan pelajaran berharga. Saya kisahkan ada sebuah keluarga yang semula adalah keluarga  yang pernah merasakan hidup berkecukupan, dan bahagia. Dikaruniai anak-anak perempuan yang cantik-cantik dan juga anak laki-laki yang juga cakep. Namun ayahnya mendadak terkena PHK sehingga rumah tangganya goncang. Barangkali si ayah tidak siap dengan kenyataan tersebut. Setelah PHK sang ayah tidak lagi bekerja, bahkan total di rumah saja dan terkena rayu ikut faham yang menurut saya tidak tentu ujung rimbanya. Menjadi orang yang tidak bergaul, menyendiri di rumah, tertutup dan intropet. Selain itu juga ayah menjadi prustasi dan cepat marah. Tentu yang menjadi sasaran adalah anak-anaknya maupun istri. Si ayah menjadi sangat otoriter. Menang sendiri. Karena akibat dari PHK yang mendadak atau sebab lain, wallahu A'lam. Singkatnya, si anak tumbuh tidak mendapat kasih sayang orang tua. Sekolah dititipkan kepada kawan ayahnya di pondok, begitu juga anak-anak yang lain, karena si ayah tidak mau bekerja dan berusaha sama sekali, sehingga ekonomi keluarga juga compang camping.

Dengan kondisi demikian, sang istripun juga tidak tahan. Istri banting tulang mencari uang sebisa-bisanya. Bahkan sangat memelas belas kasihan kawan-kawannya. Dengan datang ke rumah kawan-kawannya kadang-kadang membawa apa saja yang bisa dijual, atau hal-hal lain, bahkan kita pun tidak tega dan miris melihat kondisi keluarga mereka. Bahkan tidak jarang si istri juga tidur atau menginep di rumah kawannya. Begitu kondisi rumah tangganya. Kita bisa katakan bahwa rumah tangga tersebut tidak harmonis.

Anak Menjadi korban

Sudah bisa diterka bahwa yang menjadi korban adalah anak-anak. Mereka tidak berdosa dan tidak bersalah. Namun, kesalahan orang tua mereka, anak-anak menjadi korban.

Sebenarnya anak-anaknya adalah anak yang baik, bahkan yang perempuan cantik-cantik. Tetapi dengan adanya tekanan hidup yang membelit, tidak ada kasih sayang orang tua, malu dengan kawan, minder dengan lingkungan, dan lain sebagainya; belum lagi secara ekonomi yang tidak mampu; mulai dari masalah tidak ada uang jajan, pakaian yang kurang baik dan pas, pertengkaran ortu yang tidak ada hentinya, sehingga  menjadikan anak-anaknya semacam 'terkekan jiwanya', minder, selalu tertinggal dalam pelajaran, menjadi bodoh  dan kurang pede akan jati dirinya. Bahkan sangat mengenaskan, si sulung menanggung beban menjadi  anak yang sangat pendiam, tertutup, pemurung dan suka bengong sendiri. Sungguh kasihan kita melihatnya.

Kalau menurut pengamatan saya, dia menjadi tidak tanggap persoalan, lingkungan ataupun yang terjadi di sekitarnya. No care sama sekali. Bahkan tidak bisa mencerna tindakan mana yang harus dilakukan, yang sebenarnya normal saja bagi anak yang normal. Jadi  apapun yang diajarkan dan diberitahu akan pekerjaan rutin yang biasa dilakukan setiap hari namun esoknya tetap saja tidak dapat melakukannya. Hanya sering bengong dan bingung.  Ketika diberitahu baru bertindak. Contoh kecil bisa diutarakan misalnya diberi tugas memencet bel masuk sekolah anak-anak jam sekian setiap. Setiap hari untuk dia lakukan mengingatkan agar semua anak-anak masuk ngaji. Ketika diperintah, dilakukan, namun esoknya tidak dilakukan kecuali diperintah baru lagi. Begitu seterusnya. Dan bengong saja atau duduk-duduk saja, acuh bebeh.Selalu hang dan gak nyambung...

Sungguh fatal dan berbahaya akibat dari ketidakharmonisan rumah tangga. Bahkan yang sangat dikhawatirkan adalah anak tersebut semakin tidak nyambung kalau diajak bicara dan selalu bengong, yang akhirnya bisa-bisa lebih parah lagi kondisinya. Saya tidak bisa membayangkan adik-adiknya, mungkin kondisinya juga tidak berbeda. Sungguh kasihan nasibnya. Padahal mereka tidak salah. Hanya menjadi korban keretakan rumah tangga. Atau karena kesalahan sikap kedua orang tua, justru mengorbankan anak atau anak menjadi korban.

Oleh karena itu, sayangilah semua anggota keluarga dan jaga agar menjadi keluarga harmonis  yang selalu membawa keceriaan, keharmonisan, keteduhan, keberkahan, sakinah, mawaddah, rahmah dan indah.

Tulisan ini didasarkan pengamatan kasar saja dari perilaku anak-anak yang saya perhatikan akibat keretakan rumah tangga orang tuanya. Semoga ada manfaatnya dan mengingatkan bagi kita, orang tua akan tanggungjawabnya. Karena anak adalah amanah Tuhan kepada kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun