Lagi-lagi aku berpindah pesantren. Entah sudah ke berapa kalinya namun yang jelas ini bukan yang pertama kalinya. Saat ini aku memiliki komitmen untuk tutup mulut tentang kemampuanku. Tentang apa yang bisa kulihat dan apa yang kumengerti. Takut-takut kalau aku buka mulut masalahnya jadi semakin runyam sehingga bisa jadi aku dikeluarkan lagi dan harus berpindah pesantren lagi.
Perihal kemampuanku yang terbilang cukup aneh. Mulanya berawal saat aku sembuh dari santet yang ada dalam tubuh-ku waktu aku masih umur 7 tahun. Santet janur ireng, begitulah kakek-ku menyebutnya. Aku ingat kepingan tragedi itu saat aku dibawa ke jember untuk diobati seorang paranormal ternama. Aku pingsan berhari-hari bahkan sempat mati suri. Saat hendak pulang dukun itu berkata:
" Mungkin pengobatannya akan mempengaruhi jiwanya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Mungkin suatu hal yang tidak biasa." Ucapnya kala itu sambil memilir jenggot panjangnya.
Baru setelah itu aku melihat hal yang aneh pada diriku. Aku bisa melihat makhluk roh-roh gentayangan dan parahnya aku bisa mengetahui tanda-tanda seseorang akan meninggal. Saat aku melihat bayangan hitam bulat-bulat yang memenuhi sekujur kulit seseorang maka bisa dipastikan hidupnya tidak akan lama lagi. Meski aku tidak mengetahui secara pasti kapan waktu dan kejadiannya.
Gara-gara kemampuanku itu aku sering dituduh sebagai dalang kematian seseorang. Tersebab aku selalu memberi peringatan secara langsung atau melewati sahabat, teman dan keluarganya. Mereka menuduh-ku yang tidak-tidak. Aku pernah diusir dari pesantrin al-Himah gara-gara memberi tahu bahwa pengasuh pesantren tidak lama lagi akan mati! Mereka menuduh aku-lah pelakunya sebab tiada seorang-pun yang tahu tentang kematian kecuali yang menyebabkan kematian itu sendiri. Aku dituduh menggunakan jampi-jampi.
Dipesantren-ku yang baru, aku mengenal seseorang bernama Zidan. Tempat duduknya tepat dibelakang-ku. Hanya dia-lah yang tahu tentang diriku. Tentang kemampuan-ku.
Mulanya aku malas berkenalan dengan siapa-pun. Aku terbiasa hidup sendiri. Hal itu karena pasti kesan pertama yang timbul di benak mereka adalah aneh. Yah, aku sudah terbiasa dengan itu. siapa-pun akan menganggapku seperti itu. Katanya aku menebar aura negatif sehingga siapun enggan dekat-dekat dengan-ku.
Tapi beda dengan Zidan yang terus penasaran dengan-ku. Ia tidak risih sedikit-pun denganku. Zidan menganggapku sebagai santri yang misterius! Entah di mulai dari mana aku mulai akrab dengannya. Belajar bersama dan sering ngobrol bersama. Aku pasti memberitahunya tentang apa yang kulihat. Tentang kematian atau penampakan-penampakan yang ada di kelas kami. Yang kusuka darinya, ia pendengar yang baik. Tidak sedikit-pun meragukan-ku dan tidak banyak bertanya.
Saat pengetahuanku tentang kematian seseorang benar-benar terjadi, Zidan hanya diam. Memendam apa yang ia tahu dariku. Seperti tidak terjadi sesuatu.
Namun ada satu hal yang tidak kuberi tahu pada dirinya. Tentang bayangan hitam bulat-bulat yang kulihat di sekujur kulitku lewat cermin sejak tiga hari yang lalu!
         ***