Baik Didi Kempot maupun Nirvana yang pernah digemari oleh anak muda, ternyata dapat memunculkan kekhawatiran atas pasarnya secara loyal. Sebab, kedua musisi tersebut memiliki kemiripan, ketika hadir sebagai bagian dari tren dan gaya hidup atas standar sosial yang baru.
Bagi Nirvana, kekhawatiran itu diperparah dengan fansnya yang didominasi oleh anak muda, berperilaku buruk atas pemakaian narkoba dan obat-obatan terlarang, sehingga memunculkan masalah-masalah yang terjadi pada masyarakat di Amerika Serikat. Tentu kebiasaan ini sama sekali tidak patut dicontoh dan disukai dari vokalisnya sendiri, yaitu Kurt Cobain.
Klimaksnya, Kurt Cobain semakin depresi, hingga ditemukan tak bernyawa pada 8 April 1994. Kurt Cobain meninggal di usia 27 tahun. Kematian dari sang vokalis, telah menyimpan duka yang mendalam bagi personel Nirvana lainnya, terutama fansnya dari anak muda. Banyak anak muda yang merasa sangat kehilangan dari sosok Kurt Cobain, hingga akhirnya Nirvana bubar.
Kendati demikian, Nirvana dan anak muda, mampu membius masyarakat Amerika Serikat ke arah gerakan alternatif dalam menikmati musik yang lebih solid dan daya semangat yang tinggi, terlebih dikarenakan pada rentang sebelum awal 1990-an, musik yang ditawarkan hanya berkutat kepada masalah-masalah percintaan dan kehancuran (patah hati).
Gerakan alternatif tersebut, berdampak mempengaruhi kemasan musik populer (alternative music) di masa berikutnya. Berlaku bagi genre musik apapun, terutama bagi skena musik rock tersendiri. Hingga saat ini, Nirvana bukan hanya menjadi sosok-sosok bagi anak muda dari kalangan 'Generasi X', tetapi juga sebagai salah satu pionir terhadap perubahan dan revolusi musik di dunia.
Sumber-Sumber:
Azerrad, Michael. (1994). Come as You Are: The Story of Nirvana. New York: Hachette Publishing.
Sukaryono, Yoyon. (2018). Grunge still Alive: Catatan Seorang Pecundang. Yogyakarta: Penerbit Octopus.
Kahn, Seth. (2000). "Kurt Cobain, Martyrdom, and the Problem of Agency". Journal of Popular Culture Association in the South, Studies in Popular Culture, Vol. 22, No. 3, pp. 83-96.
Mazullo, Mark. (2000). "The Man Whom the World Sold: Kurt Cobain, Rock's Progressive Aesthetic, and the Challenges of Authenticity". Journal of Oxford University Press, The Musical Quarterly, Vol. 84, No. 4, pp. 713-749.
billboard.com, diakses pada 23 Oktober 2019 pukul 18.00.
mediaindonesia.com, diakses pada 16 Oktober 2019 pukul 13.30.
qubicle.id, diakses pada 23 Oktober pukul 16.30.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H