Senja mengecup lembut kening Rembulan. Bersiap ucap selamat tinggal. Ini semacam kebiasaan dari hari ke hari tak terhitung jumlahnya. Sebentar lagi tugasnya selesai.
"Aku masih mengantuk. Tapi Rembulan tidak peduli. Padahal hanya kuminta penundaan dua puluh tiga menit saja. Dapatkah kau membujuknya Senja? Hadirmu lebih lama merupakan anugrah, bukan?" Malam menyapa Senja dengan mata setengah terbuka.
"Maaf, aku tidak bisa. Mintalah pada Fajar berganti lebih cepat. Dan jika nyalimu bernyanyi, gelitik Mentari supaya berpijar dua puluh tiga menit sebelum waktunya."
Malam terbelalak. Hilang kantuk seketika. Memohon Fajar muncul awal adalah ketidakmungkinan. Tapi tidak ada salahnya mencoba.
"Fajar...."
"Bisa. Tunggu Desember, karena kita di Selatan Bumi maka Mentari terbit lebih cepat." Fajar memotong ucapan. Ia sudah dapat bocoran dari Rembulan.
"Itu Solstis Desember, masih tiga bulan lagi...." gumam Malam. Pasrah.
MkS, 120921
- Aminy Harros -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H