"Saya lebih memilih pakai sepeda bekas daripada beli alat nya, soalnya harga nya juga mahal, kalau saya beli alat yang canggih ya tidak sebanding sama penghasilan saya" ujar Bu sum. Sepeda bekas yang sudah tak terpakai disulap menjadi alat produksi yang sangat menunjang kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh Buk sum.
Selain menghemat biaya, cara yang dipakai Bu sum cukup efektif karena cara pengoperasian alatnya pun cukup sederhana dan tidak memakan waktu yang lama, jika dihitung dan tidak ada yang membantu dalam sehari Bu sum bisa menghasilkan biji jagung sebanyak 50 kilo.
Meskipun mayoritas masyarakat Siyangan bekerja di bidang pertanian, namun terdapat berbagai masalah yang harus dihadapi mereka, mulai dari hasil panen yang tidak memuaskan akibat dari cuaca sampai kekurangan alat dan pupuk untuk merawat serta memudahkan untuk melakukan kegiatan pertanian
"Ada susah senangnya, kalau senang ya emang saya suka bertani, susahnya ya kalau sudah panen tapi hasilnya tidak memuaskan dan juga masalah tentang kartu tani" Kata Bu sum.
Meskipun pemerintah dalam hal ini sudah mengupayakan kesejahteraan kaum petani, namun pada implementasinya terdapat berbagai permasalahan salah satunya yaitu keterbatasan akses untuk mendapatkan pupuk subsidi karena tidak memiliki kartu tani.Â
Kurangnya sosialisai membuat sebagian petani tidak memiliki pengetahuan tentang pupuk subsidi yang diberikan pemerintah melalui kartu tani.Â
Maka dari itu seharusnya hubungan antara pemerintah dan petani dalam hal sosialisasi mengenai pupuk subsidi harus dilakukan secara maksimal, sehingga bisa diakses oleh seluruh kaum petani yang berada di Siyangan, Bantul.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H