Mohon tunggu...
AL ARUDI
AL ARUDI Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Lebih baik menghasilkan tulisan yang buruk, daripada tidak menulis apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cincin dari Alam Ghaib

13 Agustus 2024   11:58 Diperbarui: 13 Agustus 2024   14:25 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cincin dari Alam Ghaib (Gambar oleh GlassIdeas dari Pixabay)

"Aku adalah Penjaga Mimpi," Wanita itu mengulurkan tangannya kepadaku. Bibirnya yang indah tersenyum merekah di hadapanku.

Aku membalas uluran tangan wanita itu. Aku mencoba untuk menyebut namaku, tapi mulutku tiba- tiba terkunci. Sekuat apapun aku berusaha untuk bicara, tatap saja aku tidak bisa melakukannya.

"Kamu tidak perlu bicara, aku sudah tahu apa yang hendak kamu ucapkan," kata wanita yang mengaku bernama Penjaga Mimpi itu. "Aku pun tahu tentang apa yang dilakukan temanmu yang bernama Danu kepada dirimu. Aku sangat kasihan kepadamu. Engkau memang sanggup menahan kesabaranmu. Tapi, menurutku engkau lelaki yang terlalu bodoh karena tak sedikitpun melawan ketika Danu menyakitimu dan memfitnahmu di depan Bos tempat kamu berkerja,"

Aku hanya bisa mendengar dan menatap wanita itu. Keringat dinginku mulai mengalir. Jantungku berdegup kencang. Aku takut tiba-tiba wanita itu membunuhku atau menyihir diriku menjadi makhluk-makhluk aneh yang aku temui di sepanjang lorong tadi. Namun kecurigaanku berkurang sejenak, ketika dia tahu aku telah diperlakukan rekan kerjaku dengan buruk. "Apakah wanita ini mau menolongku?" kataku dalam hati.
***
Aku teringat ketika Danu melaporkan kepada Bos, bahwa aku menggelapkan uang perusahaan. Aku sudah hampir dipecat oleh Bos. Untungnya seorang teman yang simpati kepadaku membela aku mati-matian. Akhirnya aku tidak jadi dipecat. Apalagi Danu tidak bisa membuktikan tuduhannya kepadaku.

Namun Danu tak puas sampai di situ. Dia semakin bernafsu ingin menggeserku dari perusahaan. Bermacam-macam cara dia menghasut aku di hadapan teman-teman kerja yang lain. Namun syukurnya kebanyakan teman-teman lebih percaya kepadaku. Aku pun tidak terlalu menggubris apa yang dilakukan Danu. Bagiku bersabar akan lebih baik daripada meladeni perbuatan buruk Danu.

Asal mula Danu tidak suka kepadaku, karena aku diangkat menjadi pengawas pabrik. Danu merasa kecewa karena selama ini dia yang mengharapkan jabatan itu.
***"
 "Selamat datang di alam ghaib, tempat di mana semua mimpi dan harapan bersemayam," kata Penjaga Mimpi dengan suara lembut. "Setiap orang memiliki takdir. Kamu adalah orang yang kupilih untuk menerima takdir itu. Kamu sudah ditakdirkan untuk menerima hadiah dariku," lanjut Penjaga mimpi sambil tersenyum manis kepadaku.

Aku hendak bertanya hadiah apa yang dia maksudkan. Tapi sia-sia, mulutku terkunci dan kerongkonganku tercekat. Hanya nafasku yang bisa ke luar masuk melalui rongga hidungku. Sekujur tubuhku masih gemetar, karena aku tidak tahu wanita itu makhluk jahat atau mahluk baik. Aku takut Penjaga Mimpi itu hanya pura-pura baik, untuk menjebak aku dalam tipu dayanya. Biasanya bangsa jin suka menyebarkan tipu daya kepada manusia.

Aku mengatup kedua mataku. Aku tidak ingin bertatap langsung dengan bangsa jin. Namun, harum bau tubuh wanita itu tetap tidak mampu aku usir dari indra penciumanku.

Tiba-tiba wanita itu mengangkat kedua tangannya. Dari telapak tangannya muncul sebuah cincin. Cincin itu mengeluarkan cahaya yang  berkilau penuh pesona. "Cincin ini akan membimbingmu dalam perjalanan hidupmu. Ia akan menemukan kebenaran dalam dirimu dan melindungimu dari segala keburukan." jelasnya, sambil menatapku dengan bola matanya yang bulat dan jernih.

Dengan cepat wanita itu menyematkan cincin itu ke jari manisku. Aku merasakan energi hangat menyebar ke seluruh tubuhku. Jantungku berdebar kencang. Tiba-tiba aku terbangun.

Aku mengucek-ucek mataku. Aku baru sadar sudah tertidur di bangku kayu lebar di dalam pondok. Aku melihat suasana sekeliling sangat gelap. Bunyi jangkrik mulai bersahutan di sekitar pondok tempat aku berteduh dari hujan sore tadi. Tidak  aku dengar lagi suara air hujan menimpa atap pondok. Perasaan, aku tadi hanya tertidur cuma sepuluh menit. Aku coba membuka layar gawaiku, ternyata sudah menunjukkan pukul 19:00.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun