Mohon tunggu...
Imamuddin
Imamuddin Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Malang Jurusan Bahasa Arab

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Seperti Apa Media Massa yang Ideal?

11 Desember 2018   08:02 Diperbarui: 11 Desember 2018   08:11 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Seperti apa sih media massa yang ideal itu?

By Yuniar Rismayanti

Berbicara tentang media massa, tidak lepas dari tujuan pembuatan media massa itu sendiri. Dampak yang diharapkan dari adanya media massa  adalah mendorong agar pers bisa menjalankan fungsi kontrol sosial, mendidik, menghibur, menyebarkan informasi serta  mendorong tumbuhnya kehidupan demokratis di dalam masyarakat.

Jauh sebelum era milenial, Rasulullah SAW telah memberikan contoh tentang media massa yang ideal. Sejak dulu, media massa sangat berperan penting dalam perkembangan dakwah islam. Rasulullah merancang dan menyusun isi dakwah melalui tulisan, kemudian disebar kepada sejumlah kaisar, raja, dan pemimpin negeri.

Surat yang dikirimkan itu berisi ajakan dan seruan untuk meyakini akan kebenaran islam sebagai pegangan hidup dunia dan akhirat. Walhasil, banyak raja-raja dan pengikutnya yang memeluk islam sebab surat tersebut.

Dari sini, kita bisa melihat sendiri bahwasanya media massa yang ideal adalah media massa yang di dalamnya berisi tentang kebenaran informasi dan menyatukan perbedaan.

Lalu bagaimana dengan media massa saat ini ?

Saat ini media massa sangat berkembang pesat. Isinya pun beragam. Bukan sekedar menyampaikan berita, tetapi juga sebagai wadah untuk mengembangkan usaha seperti bisnis online. Banyak juga media massa yang mengandung unsur politik di dalamnya.

Semakin mudahnya mengakses media di era sekarang ini, membuat siapa saja tertarik untuk memberikan kontribusi dalam menyebarkan berita. 

Namun dampak negatif dari kemudahan ini adalah aspek keakuratan data dalam penulisan berita seringkali ditinggalkan. Tidak jarang pemberitaan saat seperti ini bersifat subjektif, memojokkan, dan merugikan pihak-pihak tertentu.

Tidak jarang kita menemukan berita-berita palsu atau yang sering kita kenal dengan istilah "Hoax".  Liputan media massa dan laporan resmi pemerintah tentang konflik umumnya juga sangat bias, tidak seimbang, dan tidak proporsional. 

Mereka cenderung meliput fakta dan gejala konflik hanya sebagai peristiwa penyimpangan atau kecelakaan biasa. Selain hanya menonjolkan yang sensasional dan mendramatisir. 

Kebanyakan konflik kekerasan hanya diliput sekali sebagai peristiwa dalam bagian-bagian yang terlepas dari peristiwa konflik secara lengkap. Konflik seolah-olah hanya dilihat sebagai peristiwa kecelakaan yang tragis.

Bagaimana solusi menghadapi berita HOAX?

Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli. Berikut penjelasannya:

1. Hati-hati dengan judul provokatif

2. Cermati alamat situs

3. Periksa fakta

4. Cek keaslian foto

5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun