Mohon tunggu...
Imamuddin
Imamuddin Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Malang Jurusan Bahasa Arab

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Malang Itu Boekoe

11 Oktober 2018   10:04 Diperbarui: 11 Oktober 2018   10:30 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumat, 5 Oktober lalu saya dan kawan-kawan kelas jurnalistik di tugaskan untuk menghadiri sebuah event yang bergengsi. Event tersebut ialah pameran sejuta buku Malang 2018. Kegiatan yang  yang bertajuk " Tiada Hari Tanpa Buku" tersebut berlangsung di taman Krida Budaya kota Malang mulai dari pukul 09.00 -- 21.00.

Acara ini melibatkan kegiatan lain diantaranya bedah buku, diskusi sastra, workshop, bertemu penulis buku dan lain sebagainya.  Termasuk di dalamnya dimeriahkan oleh berbagai komunitas yang berkontribusi aktif dalam dunia sastra dan kepenulisan, diantaranya adalah Mahasiswa Bergerak (Mager), Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara (GPAN) Malang, Forum Lingkar Pena dan lainnya.

Dalam acara tersebut terdapat uraian berdasarkan pengalaman para penggerak komunitas disertai tanya jawab dari para peserta yang hadir pada waktu itu. Mereka saling berbagi pengalaman dan ilmu kepenulisan. Tidak sedikit diantara peserta yang hadir terdapat penulis-penulis hebat kota Malang, kontsruksi alur acara yang di poles sedemikian rupa secara tidak langsung memberi pengetahuan kepada keseluruhan peserta perihal bagaimana dan  kenapa harus menulis.

Pada kesempatan kali itu, yang menjadi pemateri dalam acara workshop buku tersebut adalah saudara Gunung,  Sharly, dan Agustina. Masing-masing memberikan penjelasan tentang bukunya yaitu Senja terbakar di langit al-aqsa, Rindu memetik doa, dan Repihan terakhir.

Workshop tersebut di moderatori oleh saudara Eko Cahyono yang merupa pendiri dari komunitas Gerakan perpustakaan anak nusantara. Acara berlangsung baik dengan antusiasme peserta yang terus bertanya perihal buku yang sedang di presentasikan dan hal-hal lain tentang dunia kepenulisan.

Berdasarkan uraian para pemateri melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukkan maka dapat kita mendapat gambaran perihal isi buku atau cerita singkat buku tersebut. Yang pertama buku senja terbakar di langit al-aqsa menceritakan tentang perjuangan seorang jurnalis yang berasal dari indonesia di tengah konflik palestina. Ia harus menguak kebenaran yang selama ini disembunyikan oleh pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari kejadian itu. Akibatnya ia harus berlawanan dengan tentang israel dalam perjuangan tersebut. 

Yang kedua buku Rindu memetik dia berisikan sajak-sajak pengharapan atau doa kepada sang pencipta, bahwa dibalik semua kejadian mengandung makna yang berharga bagi seorang hamba, menikmati indahnya bermunajat kepadaNya, mengambil hikmah  dalam kisah. Yang ketiga buku Repihan terakhir mencoba mengisahkan tentang cerita fiksi anak-anak pramuka dengan penjual online, anggapan bahwa penjual online memelihara tuyul setelah mereka terjatuh dari pohon saat mengintip seorang bapak yang ternyata merupakan penjual online. Judul repihan mengandung maksud bahwa ada kisah-kisah yang hilang, dimana tanpa itu maka kisah tersebut tidak mencapai makna yang sempurna.

Dari keseluruhan penjelasan pemateri kemudian dari proses tanya jawab, secara pribadi memberikan banyak ilmu kepada saya tentang kepenulisan. Menambah motivasi untuk terus menulis dan menulis. Ditambah lagi dengan adanya quotes yang memiliki makna yang sangat dalam dan menyentuh sanubari, diantaranya adalah "menulis adalah candu", "Peluru hanya mampu menembus satu kepala namun buku mampu menembus ribuan kepala",Terus baca buku bagus terus menulis sampai mampus". Demikian quotes yang disampaikan pemateri, tentunya mengandung pesan yang kokrit untuk pendengarnya.

Diharapkan melalui event tersebut Malang mampu menjadi kota buku dengan penulis-penulis yang bertalenta. Menjadikan buku sebagai ruh dalam setiap aktivitas keseharian. 

Membudayakan membaca dan menulis dalam berbagai kalangan, mulai anak-anak hingga dewasa. Semua hal tersebut hanya bisa diwujudkan dengan keseriusan yang tinggi dan keistiqomahan yang mantap dalam menjalani setiap prosesnya.

Penulis-penulis hebat sudah mulai bermunculan di Malang, tinggal bagaimana mengakomodir itu semua menjadi sebuah perkumpulan besar dan masif dalam melaksanakan setiap agendanya. 

Melalui pernyataannya, Bapak M. Tholib, M.Pd yang merupakan pimpinan redaksi radar Malang mengungkapkan kesediaannya untuk memberikan tempat kepada komunitas apapun yang memiliki hajat perihal kepenulisan. Hal ini tentu disambut baik oleh peserta termasuk moderator dan pemateri workshop.

Dipenghujung acara, moderator mengucapkan terimakasih kepada pemateri dan peserta atas partisipasinya dalam event pameran sejuta buku Malang 2018 tersebut. Setelah itu mempersilahkan kepada peserta untuk mengambil foto bersama para penulis. 

Acarapun usai dan masing-masing kembali pada kesibukannya masing-masing, salah satunya adalah melihat pemeran buku, tidak sedikit yang tertarik dan membeli buku dalam pemeran tersebut, termasuk saya pribadi. Semoga apa yang dilakukan hari itu menjadi batu loncatan untuk kebaikan-kebaikan dimasa mendatang. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun