Mohon tunggu...
Ahmad Fauzi
Ahmad Fauzi Mohon Tunggu... -

Ahmad fauzi, lahir di Probolinggobpada tanggal 15 JUli 1994, Mahasiswa Mipa Universitas Jember.

Selanjutnya

Tutup

Money

Biografi Sochiro Honda (Pendiri Perusahaan Honda)

28 Februari 2014   04:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:23 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BIOGRAFI SOCHIRO HONDA

Soichiro Honda dilahirkan diHamamatsu, Shizuoka, Jepang, pada tanggal 17 November 1906 dari keluarga miskin. Ayahnya bekerja pada sebuahbengkel sederhana di Hamamatsu yang dia sendiri yang mengelolanya. Semasa kecil Honda sering menghabiskan waktunya membantu ayahnya di bengkel. Dia sangat antusias mempelajari tentang permesinan. Minatnya pada mesin begitu besar, dia sering mengayuh sepedanya sejauh 10 mil hanya ingin melihat pesawat terbang. Honda juga kuat berdiri berjam-jam melihat cara kerja mesin. Saat berumur 12 tahun Honda telah berhasil menciptakan karyanya yang pertama yaitu sepeda angin dengan rem kaki.

Di sekolah, Soichiro Honda bukanlah termasuk anak yang pandai. Dia selalu mendapatkan nilai hasil ulangan yang tidak bagus. Kemudian pada saat Soichiro Honda berumur 16 tahun, dia memutuskan untuktidak melanjutkan sekolahnya lagi karena dia menganggap sekolah saat itu hanya membuang buang waktu, dia hanya ingin mendalami tentang mesin mobil. Akhirnya, ayah Soichiro Honda yang mengerti betul tentang ambisinya mengenalkan kepada seorang teman di Tokyo bernama Kashiwabara, seorang direktur bengkel mobil bernama Hart Sokhai Company. Akhirnya pada bulan Maret 1922, Soichiro diantar oleh ayahnya ke Tokyo untuk bekerja disana, tetapi disana dia bukan bekerja sebagai teknisi atau yang berhubungan dengan mesin, dia hanya sebagai pengasuh bayi. Bayi yang dia asuh adalah anak dari direktur bengkel Hart Sokhai Company.

Dari sanalah pengetahuannya tentang mesin berkembang. Dia mencuri-curi waktu pada saat bengkel tutup untuk sekedar melihat dan menganalisa mesin mobil. Apalagi ketika dia menemukan sebuah buku di perpustakaan, dan mengumpulkan uang gajinya hanya untuk menyewa buku tersebut. Buku yang pertama dia baca adalah Sistem Pembakaran Dalam.

Pada suatu hari, ketika Soichiro sedang mengepel lantai, dia diajak majikannya untuk membantu di bengkel, karena hari itu bengkel sedang sibuk. Dan disinilah dia menunjukkan kemampuannya membetulkan mesin mobil Ford model T yang dikeluarkan pada tahun 1908. Dengan pengetahuannya mencuri-curi waktu untuk sekedar mengintip mesin mobil dan ilmu yang dia dapat dari buku, akhirnya dia berhasil membuat takjub para teknisi lain.

Pada usia yang ke-18 tahun, dia pergi ke kota Marioka untuk membetulkan mesin mobil. Karena masih muda, sampai-sampai penjemput keheranan. “Tuan bengkel Hart Sokhai Company-nya sedang ke toilet ya?” tanya salah satu dari dua orang penjemput, karena sangat tidak percaya yang dia jemput hanyalah anak muda berumur belasan tahun. “Sayalah yang anda maksud, terima kasih sudah menjemput saya” jawab Soichiro santai. Ketakjuban para teknisi tidak sampai disitu, saat dia mulai membongkar mobil pun, banyak yang tak percaya dia bisa memasangnya kembali. Tapi ternyata, dia berhasil membetulkan mobil tersebut. Kemudian dengan berbagai prestasi yang dia peroleh itu, pada usdia 22 tahun dia sudah menjadi kepala bengkel Hart Sokhai Company, dan dipercaya untuk membuka cabang di kota Hamamatsu tempat dimana dia berasal. Tanpa banyak berfikir lagi tawaran itu dia terima dengan senang hati.

Pada tahun 1928 Soichiro menjadi kepala bengkel Hart Sokhai Company cabang Hamamatsu. Awalnya bengkel tersebut hanya mempunyai 1 orang karyawan, tapi setelah 3 tahun berdiri, sudah mempunyai sekitar 50 orang karyawan. Selama kurun waktu tersebut, masalah perbaikan mobil diserahkan kepada anak buahnya yang terlebih dahulu diberikan pengetahuan tentang mesin. Sedangkan Soichiro hanya memeriksa hasil kerja anak buahnya, dan lebih berkonsentrasi pada peningkatan kreativitas dan pengetahuannya dalam bidang mesin.

Sebagai kepala bengkel, dia terkenal galak dan keras dengan disiplin yang tinggi. Dia tak segan untuk memukul kepala anak buahnya dengan obeng atau kunci pas. Sehingga karyawannya ada yang berhenti kerja dan ada juga yang masih bertahan. Dan bdiasanya, orang-orang yang bertahan adalah orang-orang yang menjadi teknisi handal. Pada kurun waktu 3 tahun, Soichiro membuat veleg mobil yang terbuat dari besi. Di masa itu, veleg mobil terbuat dari kayu, sehingga jika digunakan dalam jangka waktu yang lama, poros veleg tersebut akan longgar.

Pada tahun 1933, ternyata Soichiro sudah mulai membuat mobil balap dengan tangannya sendiri, yang dia namakan Curtis. Nama Curtis diambil dari nama mesin yang dia gunakan, mesin pesawat jenis Curtis A1. Dengan mobil buatannya, dia pernah menjuarai balapan tetapi hanya sebagai navigator, bukan sebagai pembalap.

Di tahun yang sama, Soichiro menikah dengan Sachi, seorang wanita berpendidikan. Kehadiran Sachi yang berpendidikan, bagi Soichiro yang tidak menjalani pendidikan formal memberikan dampak yang sangat besar bagi Hart Sokhai Companynya. Sachi tidak hanya berperan sebagai istri, tapi juga guru yang mengajarkan tata krama dan ilmu-ilmu dasar. Tapi yang paling besar pengaruhnya untuk bsochiro adalah bagaimana Sachi mengerti tentang minat Soichiro pada bidang teknik.

Pada tahun 1934, Soichiro berencana membuat mobil sendiri. Bukan mengambil mesin mobil dari merek-merek terkenal di masa itu. Ndiat itu pun dia jalani dengan terlebih dahulu membuat ring piston. Di tahun 1935, tepat disamping bengkel Hart Sokhai Company dia membuat papan nama Pusat Penelitdian Ring Piston Hart Sokhai Company. Honda mulai memproduksi ring pinston. Ring piston buatan Soichiro selalu gagal, karena dia sama sekali tak mengerti masalah pencampuran logam. Setelah sedikit berhasil, Sochiro kemuddian menawarkan hasil karyanya ke Toyota, namun ditolak oleh Toyota karena ring buatannya kurang lentur. Honda pun sempat drop karena penolakan itu karena itu harapan satu-satunya dalam memasarkan produknya. Dua bulan Honda terpuruk bahkan sempat sakit namun kemudian dia bangkit lagi. Akhirnya dia datang ke Sekolah Tinggi Hamamatsu jurusan mesin, dan diberitahu bahwa ada campuran lain yang diperlukan untuk membuat ring piston, diantaranya silikon. Dengan informasi yang dia terima, akhirnya dia punya tekad yang bulat untuk melanjutkan sekolah lagi dan ingin mencari solusi dari ring pinstonnya, walaupun saat itu Soichiro sudah berumur 28 tahun. Pagi dia kuldiah dan sdiang dia mempraktekkan hasil kuldiahnya, namun akhirnya dia kecewa karena ternyata di perkuldiahan bukannya langsung diberikan jawaban yang dia inginkan malah dijejali teori-teori yang dia tidak terlalu butuhkan. “Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,” begitulah dia menyimpulkan hasil perkuliahannya. Dia kemudian mendatangi rektornya dan menyampaikan bahwa dia kuliah bukan mencari ijazah namun mencari ilmu dan jawaban atas persoalan yang sedang dihadapinya. Akan tetapi rektornya menganggap Honda sedang menghinanya, saat itu juga Honda sudah tidak mau lagi datang kuliah.

Akhirnya dua tahun kemudian, tepatnya tanggal 20 November 1937 ring piston berhasil dibuatnya. Pada tahun 1938 dia mendirikan pabrik pembuatan ring piston bernama Tokai Seiki. Sedangkan bengkel yang dia kepalai diserahkan kepada anak buahnya untuk dikelola. Bengkel yang dia dirikan akhirnya berproduksi secara resmi pada tahun 1941 setelah ada investor dari Toyota. Ternyata keberuntungan belum dipihaknya, pabrik yang didirikannya terbakar dua kali karena terkena perang. Honda tidak patah semangat. Dengan sisa-sisa bahan yang ada, Honda kemuddian mengumpulkan karyawannya. Dia memerintahkan karyawannya untuk mengumpulkan sisa kaleng bensol yang dibuang kapal Amerika. Dia gunakan itu untuk mendirikan pabrik lagi. Lagi-lagi musibah datang. Gempa bumi dahsyat mengguncang Jepang dan pabriknya kembali hancur lebur. Akhirnya honda memutuskan menjual pabrik pinstonnya ke Toyota. Kemuddian dia mendirikan usaha lain lagi dan semuanya tidak ada yang gemilang.

Pada tahun 1945, tepatnya setelah perang dundia ke-2, Jepang menjadi negara rendah karena kalah perang. Dan hidup Soichiro menjadi terlunta-lunta. Pada tahun 1947, Jepang mengakhiri perangnya. Saat itu kondisi perekonomian Jepang hancur lebur. Jepang mengalami krisis pangan dan juga krisis bahan bakar. Honda tidak dapat menjual satupun mobil buatannya. Hingga dia tidak mampu membeli makanan untuk keluarganya.

Saat pabrik yang dia buat terhenti, ada seorang teman yang menawarkan mesin pemancar radio bekas kegdiatan perang yang ternyata berjumlah 500 buah. Dan Soichiro diminta untuk memanfaatkan mesin tersebut.Dalam kondisi ekonomi yang berada di titik nadir inilah dia kemuddian ingin berkeliling dengan menggunakan sepeda angin, supaya tidak capek mengayuhnya, dia kemudian memasang motor kecil yang dia buat dari pemanfaatan mesin radio yang diperoleh dari temannya sehingga dapat berjalan tanpa harus dikayuh dan sepedanya juga mampu menempuh jarak yang lebih jauh dengan waktu tempuh lebih singkat dari pada menggunakan sepeda angin biasa. Pertama-tama mesih harus dipanaskan dengan api, dan digenjot minimal 30 menit, baru mesin bisa digunakan. Tapi tetap saja laku keras, dan kapasitas produksi saat itu 1 unit lebih dalam 1 hari. Dalam setahun saja, 500 buah pemancar radio habis.

Dengan prestasi tersebut, Soichiro terus mengembangkan mesin sepeda motor, dan berhasi menciptakan sepeda motor yang dinamakan Dream D, setelah membuat mesin A, B, dan C. Motor buatan Soichiro ini adalah mesin 2 tak dengan 98 cc dan kecepatan maksimum hanya 50 km/jam. Bersamaan dengan akan dipasarkannya Dream D, seorang marketer hebat bernama Fujisawa ikut menggabungkan diri dengan Soichiro dan membangun pabrik pembuatan sepeda motor. Kemuddian selanjutnya, kehadiran Fujisawa membawa perubahan besar terhadap perusahaan bernama Honda. Sebelum Dream D dipasarkan, Fujisawa menguju coba motor tersebut kepada masyarakat. Dan diketahui, karena Dream D adalah motor 2 tak, maka kebisingan yang dibuat menjadi masalah. Dan dengan demikdian, Fujisawa memaksa Soichiro untuk membuat mesin 4 tak yang miskin suara kebisingan. Akhirnya mesin 4 tak dibuat dan berhasil menjadi nomor satu di Jepang. Dengan mesin 4 tak ini, kecepatan maksimum adalah 75 km/jam.

131810201010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun