Mohon tunggu...
Al Bukhari Subulussalam
Al Bukhari Subulussalam Mohon Tunggu... dokter -

Medical Practitioner | Penulis | Blogger | Aceh | "untuk tulisan lain silahkan kunjungi albukharisubulussalam.com"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal Suku Anak Dalam di Pedalaman Provinsi Jambi

6 Januari 2018   19:00 Diperbarui: 7 Januari 2018   12:41 10398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua Puluh Februari 2017 adalah hari pertama saya bekerja di Rumah Sakit Haji Abdoel Majdid Batoe  (HAMBA) Batanghari, Provinsi Jambi. Di sini saya bertugas sebagai dokter internsip selama satu tahun bersama dua puluh teman saya lainnya dari berbagai Universitas di Sumatera; Unsyiah, USU, UISU, UNJA, Universitas Malahayati, dan UNBRAH. 

Dokter internsip adalah sebuah istilah bagi dokter yang baru menyelesaikan masa pendidikan profesi, dengan tujuan untuk menerapkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan, secara terintegrasi, komprehensif, mandiri serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan.

Di sini kami digilir dalam 3 bagian, yaitu Instalasi Gawat Darurat (IGD), Rawat Inap/Poli dan Puskesmas. Masing-masing bagian kami jalani selama 4 bulan. Bagian pertama saya adalah IGD. Ruang IGD RS HAMBA berukuran 10x15 Meter yang terdiri dari ruang Triage, Perawatan Bedah, Non Bedah, Ruang observasi dan Ponek. 

Karena program internsip adalah pendampingan, maka setiap kami jaga selalu ada dokter senior yang mendampingi dan teman berdiskusi setiap kasus yang kami dapat, walaupun setelah 2-3 minggu kemudian kami diberi kesempatan lebih dominan memeriksa, menentukan diagnosis, terapi dan memberikan edukasi kepada pasien.

Saat tugas pertama di IGD, Saya melihat seorang laki-laki paruh baya datang ke IGD sendirian. Pakaiannya kusut dan banyak robeknya, wajahnya tegang, bibirnya pelit senyum, kulitnya hitam gersang, kakinya tanpa alas dan berlumur lumpur, bergelang dan berkalung layaknya dukun, rambutnya kering rapuh, kuku jari jemarinya panjang dan hitam. 

Dari jarak 3 meter aroma bau tubuhnya masih menyengat. Melihat penampilannya mengingatkan saya dengan sebuah film komedi dari Afrika Selatan yang berjudul "God Must Be Crazy". Tidak sampai di situ, saat saya bertanya "Selamat Pagi, Apa yang bisa saya bantu?", Dia tidak menjawab sama sekali. Dia malah menatap tajam ke arah muka saya. 

Saya panggil segera perawat membantu mencairkan suasana. Selang beberapa saat kemudian datanglah kepala suku, "Tumenggung" begitulah panggilan orang di sini. Tumenggung inilah yang membantu saya berkomunikasi dengan lelaki misterius tadi walaupun dengan kosakata yang terbatas. 

Karena hanya demam biasa dia pun saya perbolehkan pulang. Saat pulang saya lihat dia menaiki mobil dengan tulisan "Departemen Sosial Republik Indonesia". Akhirnya setelah beberapa hari saya tahu bahwa pasien pertama saya tersebut berasal dari Suku Anak Dalam.

Suku Anak Dalam (SAD) adalah suku bangsa minoritas yang hidup di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Diperkirakan populasi Suku Anak Dalam sekitar 200.000 orang. Mayoritas mereka bertempat tinggal di Jambi. 

Di Jambi Suku Anak Dalam kebanyakan tinggal di kawasan bukit 12 dan taman bukit 30 di Kabupaten Bungo, Tebo, Sarolangun dan Batanghari. Sebutan Suku Anak Dalam ini adalah istilah yang dipopulerkan oleh Pemerintah melalui Departemen Sosial. Suku Anak Dalam berarti orang yang terbelakang yang tinggal di pedalaman dan jauh dari modernisasi. 

Suku Anak Dalam dikenal juga dengan nama Suku Kubu. Suku Kubu diproyeksikan kepada kelompok masyarakat yang primitif, bodoh, kotor dan menjijikkan. Sebutan Suku Kubu ini dianggap lebih kasar dibandingkan dengan Suku Anak Dalam. 

Sementara Suku Anak Dalam menyebut diri mereka "Suku Rimba" yang berarti orang yang tinggal di dalam hutan. Suku Anak Dalam belum terlalu dikenal oleh masyarakat Indonesia karena keberadaan mereka sudah sangat langka dan tinggal di tempat terpencil jauh dari jangkauan manusia dan suka berpindah dari suatu tempat ketempat yang lain (nomaden).

Belum diketahui secara pasti asal usul Suku Anak Dalam, ada beberapa versi rumor yang berkembang. Ada yang megatakan Suku Anak Dalam berasal dari Sumatera Barat. Konon, mereka adalah orang-orang yang tidak mau ikut berperang melawan penjajah Belanda dan memilih melarikan diri kedalam hutan jambi. 

Pernyataan ini diperkuat dengan kesamaan bahasa dan adat istiadat Suku Anak Dalam dengan suku Minangkabau. Sementara menurut rumor lain Suku Anak Dalam adalah masyarakat Sriwijaya yang melarikan diri karena tidak mau tunduk di bawah kekuasaan asing saat terjadi peperangan antara kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Cola, India. Masih banyak cerita lain yang berkembang mengenai asal Suku Anak Dalam ini.

Suku Anak Dalam cukup ditakuti oleh masyarakat jambi. Selain mudah marah, mereka juga terkenal dengan ilmu gaibnya, seperti ilmu pemikat (pelet), Ilmu Bulek Kolo (apa yang diucapkan terjadi), Ilmu Terawangan dan pelaris. Menurut rumor yang berkembang jangan sekali-kali meludah didepan mereka, karena itu membuat mereka tersinggung, mereka akan membuat orang tersebut menuruti keinginan mereka dan juga menjadi bagian dari mereka.

Sistem kepercayaan Suku Anak Dalam adalah Animisme, yaitu kepercayaan kepada makhluk halus dan roh-roh nenek moyang mereka.  Pada awal tahun 2017 ada 181 Suku Anak Dalam yang masuk Islam atas kemauan sendiri. Prosesi pengucapan dua Syahadat tersebut dipimpin langsung oleh walikota jambi, Syarif  Fasha.  Mereka sampai saat ini masih mendapat bimbingan dan pendampingan.

Sekarang Suku Anak Dalam mulai terancam kehidupannya. Hutan tempat mereka tinggal dan berburu makanan sehari-hari sudah banyak ditebang dan dijadikan kebun sawit dan karet. 

Mereka mendapatkan udara tidak segar akibat penebangan dan pembakaran hutan, sumber air sungai dan danau sumber kehidupan mereka juga mulai tercemar akibat aktivitas Penambangan  Emas Tanpa Izin  (PETI) serta binatang buas hutan (seperti harimau, Beruang) tidak jarang menerkam Suku Anak Dalam dan masyarakat sekitar akibat penebangan hutan yang masif. 

Pemerintah sudah berusaha keras untuk menyejahterakan Suku Anak Dalam melalui program  pemberian  Rumah layak huni, pakaian layak pakai, pemberian pendidikan, pengembalian lahan mereka yang dikuasai pengusaha, dan pemberian bantuan makanan, transportasi dan pengobatan gratis. Tujuan ini semua dilakukan semata-mata agar suku kubu dapat hidup layak dan mengikuti perkembangan zaman. 

Namun sayang, upaya baik dari pemerintah kurang berjalan mulus. Suku Anak Dalam adalah orang yang sangat memegang erat budaya dan tidak dengan mudah menerima budaya luar. Mereka sangat terikat dengan adat istiadat nenek moyang. Rumah yang pemerintah bangun mereka tinggalkan, kembali ke habitat mereka hidup berpindah pindah dari satu hutan ke hutan lainnya.

Walaupun demikian ada beberapa Suku Anak Dalam sudah berpenampilan layaknya masyarakat biasa;  memiliki rumah, handphone, kendaraan motor dan kebun sawit serta bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Menurut penulis merubah budaya dan kebiasaan suatu suku tidaklah gampang. 

Membutuhkan puluhan dan bahkan ratusan tahun. Perlu dukungan lintas sektor yang relevan dan pendekatan persuasif  melalui perantara sepala suku mereka, Tumenggung. Niat baik dan rencana masa depan yang sudah dirancang oleh pemerintah terhadap mereka harus dilakukan dengan sabar dan bertahap. 

Pendidikan adalah langkah awal yang harus ditempuh. Pemerintah harus merancang kurikulum pendidikan khusus sesuai kompetensi mereka serta menempatkan tenaga pengajar yang sudah mendapat bimbingan khusus pula. 

Sehingga melalui pendidikan ini diharapkan kehidupan Suku Anak Dalam lebih terbuka, berpendidikan, moderat, tidak mudah dimanfaatkan oleh oknum tertentu serta mendapatkan kehidupan yang layak sebagaimana amanat UUD 1945.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun