Prolog: Aku Menulis, Maka Aku Ada
Hari ini, tak sedikit orang, pihak atau kelompok yang mengatas namakan media menyebarkan informasi – informasi yang ngehe, zamaah netizen menyebuatnya “Hoax”. Bak jamur dimusim hujan, begitulah kiranya label yang cocok diberikan. Keterbukaan informasi dimanfaatkan untuk kepentingan – kepentingan tertentu, paling tidak meraup pundi emas melalui informasi yang menyedot perhatian, viewer, dan viral. Padahal, belum tentu apa yang disampaikan kepada khalayak ramai tersebut berdasarkan realitas, atau paling tidak berdasarkan kejujuran. Lagi – lagi, kondisi seperti ini membuat peran blog dengan para bloggernya kembali dibutuhkan, menjadi sebuah saluran informasi alternatif.
Di era yang serba digital dengan saluran internetnya – walaupun masih lambat – dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Mulai dari institusi, perusahaan, hingga pedagang kecil – kecilan, memanfaatkan internet sebagai media menyebarkan informasinya. Saat ini, tidak seperti pada saat di awal tahun – tahun millenium, dimana internet masih jadi barang langka, dan kepemilikan blog atau website bisa dihitung oleh jari, terutama mereka yang memiliki kekuatan finansial mumpuni.
Setelah 16 tahun lebih berlalu, kondisi berbeda bisa dirasakan, mereka yang tak punya sepeserpun modal bisa membangun medianya sendiri, bahkan mendapatkan keuntungan. Ya, inilah eranya para blogger. Dengan berbagai platform blog yang ada – terutama platform dalam negri, kompasiana menjadi rujukan yang pasti – para blogger bisa menyebarkan keluh kesahnya, opininya, kreasi kreatifitasnya. Terlebih, menyebarkan informasi edukatif khas seorang blogger atau warga. Kini dikenal dengan istilah Citizen Journalism.
Di Negara – Negara maju seperti Amerika dan Eropa seorang blogger bersama komunitasnya saat ini sudah menjadi mitra bagi Pemerintah dan Perusahaan. Para blogger, membantu Pemerintah menyebarkan informasi atau sosialisasi mengenai kebijakan atau sebaliknya memberikan masukan mengenai kebijakan. Perusahaan, dibantu melalui rievew – rievew perusahaan beserta produk unggulannya. Sampai blogger membantu mengembangkan berbagai aplikasi untuk kebutuhan publik yang bisa memudahkan kerja – kerja organisasi.
Tren serupa saat ini mulai berkembang di Indonesia, contoh kecil tidak sedikit organisasi pemerintah yang membuat kontes menulis via blog sebagai bahan evaluasi atau masukan bagi Pemerintah untuk menjalankan pemerintahan agar lebih baik dan berdampak manfaat positif pada masyarakat – walaupun dengan tindak lanjut yang minim – Kemudian promosi wisata Indonesia pun lebih efektif ketika menggaet para blogger, internet yang tak kenal batas Negara, sehingga bisa mengundang wisatawan mancanegara.
Melihat perkembangan zaman dengan digitalisasinya, Grup Kompas sukses membaca peluang dimasa yang akan datang. Salah satunya dengan membuat platform blog Kompasiana dengan penggunanya yang dijuluki Kompasianer. Media mainstream yang disokong dengan media alternatif dalam satu wadah membuat kompas bisa bertahan sampai hari ini, hingga esok nanti. Cocok sekali dengan tagelinenya yang baru “Beyond Blogging”.
Aku Ngeblog, Maka Aku Hidup
Apabila kita menilik kata – kata seorang filsuf besar dengan semboyannya yang sangat monumental yaitu “Cogito Ergo Sum”, Aku Berfikir Maka Aku Ada, begitulah kiranya pengertian sederhanya, yang apabila ditelaah lebih dalam mengandung makna besar. Penulis terinspirasi dari kata – kata tersebut sehingga menjadi tageline dalam setiap profil, termasuk dalam profil yang ada di Kompasiana dengan sedikit merubah kata – katanya, yaitu berganti “Aku Menulis. Maka Aku Hidup”.
Ya, karena dengan menulis, jika dilihat dari seorang penyair besar yang pernah lahir dan dimiliki oleh Indonesia, menulis merupakan sebuah proses untuk terus hidup 1000 tahun lagi. Begitulah kiranya Khairul Anwar berfilosofi, yang terbukti sampai sekarang karya – karyanya masih dinikmati dan menjadi rujukan bagi generasi – generasi muda setlah zamannya, angkatan-45.
Bagaimana dengan yang tidak bisa menulis? Mereka yang berfikir tidak bisa adalah mereka yang kalah sebelum bertarung, yang mundur sebelum maju, yang tidur sebelum bangun, gak bisa la wong nulis status di facebook bisa, di twitter dan IG juga lancar, apanya yang tak bisa, pie toh le?. Manusia pada dasarnya memiliki naluri menulis, karena hal pertama yang diajarkan kepada kita pada saat lahir kebumi adalah mulai untuk membaca dan menulis. Dan pelajaran pertama yang kita harus kuasai saat sekolah, ya membaca dan menulis, sebelum kemudian menggambar dan berhitung. Masih bilang tidak bisa?
Dengan adanya blog, Aku fikir merupakan sarana yang sangat cocok untuk mengembangkan kemampuan menulis. Ya sedikit ada peningkatan lah, dari menulis di dinding tembok, kertas, medsos, sekarang beranjak merayapai dinding – dinding blog. Apa yang harus ditulis? Apa saja yang ada dalam ingatan, akal, nurani, semuanya silahkan tuangkan dalam blog. Jangan dulu mikirin jelek atau bagus, baik atau benar, urusan itu akan berjalan mengikuti dari belakang dengan sendirinya.
Manfaat yang paling dirasakan bagi para blogger, dengan menulis di blog, tentu karya – karyanya akan lebih abadi sepanjang zaman masih ada yang namanya internet di dunia ini. Buku catatan tak jarang hilang, lupa. Di tembok terkadang di cat ulang, di hp pas rusak kelar hidup loh. Maka dengan bloglah tempat penyimpanan yang aman sepanjang zaman.
Peran dari blogger saat ini sangat dinantikan kedatangannya oleh semua kalangan tanpa terkecuali. Mereka menantikan informasi apalagi yang akan dikumandangkan, data fakta apalagi yang akan dikeluarkan, inovasi – inovasi apalagi yang akan dihasilkan. Tentunya dengan begitu, karya dari seorang blogger bakal terus dikenang. Para blogger memberikan sebuah informasi yang walaupun kecil bak bintang dimalam hari, memberikan keindahan warnanya tersendiri, yang kemudian menyelimuti kegelapan menjadi sebuah penerang.
Peran blogger lainnya yaitu menyebarkan informasinya dan mengkader munculnya blogger – blogger baru yang siap meneruskan rekam jejak cemerlang para pendahulunya. Tujuannya jelas, meneruskan tradisi epik sebagai sebuah upaya mempertahankan sekaligus melestarikan budaya literasi, yang kita semua ketahui Indonesia masih tergolong rendah, sangat mungkin. Bangsa besar, adalah mereka yang gemar menggali informasi, memberi informasi. Jika buku adalah Jendela dunia, maka informasi adalah pintu dunia. Bukalah pintu gerbang seluas mata memandang, bawa Indoensia didalamnya.
Pada akhirnya, proses menajadi sebuah blogger adalah sebuah proses untuk tetap hidup dalam keabadian yang tak lekang oleh waktu. Kemudian yang tidak boleh dilupakan oleh seorang blogger Indoensia, dimanapun berada, bahkan menjadi sebuah kode etik bila perlu, sebuah kewajiban bersama tanggung jawabnya, perlu kita diklarasikan bahwa “ Menjadi seorang beloger, merupakan sebuah proses pengabdian untuk Menjadi Indonesia ” dengan begitu tidak ada alasan bagi para blogger untuk mati. Demikian siding zamaah blogger yang dirahmati, semoga semesta tetap melindungi.
Jika Media Mainstream Tesis
Maka Blogger Anti-Tesis
Jika Membutuhkan Informasi
Maka tulisan blogger referensi
Jika Harus Perang Inforasi
Maka blogger Panglimanya
Jika Ingin Beranjak Dari Kegelapam Informasi
Maka Blogger Jalan Keluarnya
Jika kata adalah senjata
Maka Blogger Amunisinya
Jika ingin tetap Bernyawa
Maka Blogger Menjadi Indonesia
Jika Informasi Jendela Dunia
Maka Blogger Pintu Gerbangnya
Jika Ingin hidup melegenda
Maka Abadilah Bersamanya
Untukmu Saudarku, Para Blogger Bumiputera
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H