KEGAGALAN PANWASDA
Kegagalan berikutnya adalah kegagalan Panitia Pengawas Daerah. Puluhan laporan money politics bagai kejahatan di dalam gelap yang tak pernah berhasil dideteksi oleh Panwas. Setiap laporan selalu dituntut disertakan bukti, saksi, pelaku, tempat dan saat terjadinya secara detail. Seakan Panwas tidak pernah memahami bagaimana cara kerja calo politik dalam permainan ini. Mereka bagai belut licin yg berjalan di dalam lumpur becek di malam yang gelap gulita. Meskipun tak terlihat, suara gerakannya terdengar jelas. Memantul dari mulut orang-orang yang mendapatkan uangnya.
Karena tak pandai (baca: tak mau) melakukan investigasi maka dengan ringkas Panwas menyimpulkan bahwa suara gaduh itu hanya isu belaka. Lalu mengatakan dengan lantang bahwa Pilkada berjalan relatif bersih dan terkendali.
KEKALAHAN RAKYAT
Yang paling sering dan selalu kalah telak adalah rakyat jelata. Rakyat jelata selalu gagal dalam menolak money poltitics. Yang menyedihkan bahkan mereka menganggap uang itu wajar mereka peroleh sebagai upah untuk memilih pasangan tertentu. Karena itu mereka enggan memilih pasangan yang tak memberikan apa-apa.
Keadaan demikian seakan dibiarkan saja oleh pemerintah. Sehingga frustrasi menyaksikan penyakit ini, beberapa parpol membuat jargon dan spanduk yang bertuliskan, “Terima uangnya, jangan pilih orangnya!”
Seorang teman harus pulang kampung ke Sukatani saat pilkada karena KTP-nya masih KTP Sukatani. Ketika tiba di rumah orang tuanya dia bertanya kepada ayah dan ibunya, apakah sudah memilih.
Jawaban: “Sudah”
Tanya teman saya, “Memilih siapa?”
Jawab: No. 1
Tanya: “Lho, kenapa?”
Jawab: “Kan, sudah dikasih uang sepuluh ribu.”
Teman saya: (tak mampu berkata-kata)
Jadi siapa menang siapa kalah dalam Pilkada Kebupaten Bekasi yang baru lalu?
Yang menang adalah UANG, dan yang kalah adalah RAKYAT!
Cikarang Baru, 17 Maret 2012
Ditulis karena keprihatinan yang mendalam atas pilkada di Kabupaten Bekasi yang diindikasikan banyak beredar uang untuk membeli suara rakyat. ... Juga pada pilkada di seluruh Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H