Mengapa bisa demikian? Mengapa ada orang yang rajin beribadah di waktu tertentu saja dan malas di waktu yang lainnya? Pertama, karena kultur budaya yang salah yang berkembang secara meluas yang telah mendarah daging di masyarakat. Kedua, karena kurangnya pengenalan mereka kepada Allah. Hal ini telah disinggung oleh Syaikh as-Sa'dy rahimahullah, beliau mengatakan, "Hal itu erat kaitannya dengan ma'rifatullah (pengenalan terhadan Allah, -pen). Karena sesungguhnya kesempurnaan ibadah dipengaruhi oleh ma'rifatullah. Bahkan, setiap kali bertambah pengenalan seorang hamba kepada Allah, maka akan semakin sempurna ibadahnya." (Taisiirul Kariimir Rahmaan hal. 755).
Lebih jauh daripada itu, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah meletakkan bahwa mengenal Allah adalah sebuah fondasi dari bangunan keimanan, beliau berkata, "Barangsiapa yang menghendaki bangunan yang tinggi, maka diharuskan baginya untuk menguatkan fondasi dan benar-benar memperhatikannya. Karena ketinggian bangunan tergantung pada kokoh dan kuatnya fondasi. Â Amal dan derajat adalah bangunan, sedangkan fondasinya adalah iman.Â
Apabila fondasinya kuat, maka ia akan dapat memikul bangunan dan meninggikannya. Apabila roboh sebagian dari bangunan itu maka mudah untuk memperbaikinya dan jika fondasi tidak kuat maka tidak akan tinggi bangunannya dan tidak akan kokoh dan jika roboh sebagian dari fondasi, maka akan jatuh bangunannya atau hampir jatuh. Orang bijak akan memiliki target yaitu membenarkan fondasi dan menguatkannya, sedangkan orang jahil adalah orang yang meninggikan bangunan tanpa fondasi, maka tidak berselang lama bangunannya pun akan roboh.Â
Allah ta'ala berfirman, "Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjid atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam." (Qs. at-Taubah : 109). Fondasi bagi bangunan amal seperti kekuatan bagi tubuh manusia. Jika kuat, maka dia dapat membawa badan dengan baik dan menolak segala penyakit.Â
Jika lemah kekuatannya, maka lemah pula ia dalam membawa badannya serta cepat terserang penyakit. Jadikan bangunanmu di atas fondasi iman yang kuat dan jika ada bagian atas atau atapnya yang rusak maka mudah untuk memperbaikinya daripada kerusakan fondasinya. Fondasi ini adalah dua; pertama, mengenal Allah, perintah, nama serta sifat-Nya dengan baik. Kedua, tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Inilah sekuat-kuat fondasi yang dibangun oleh seorang hamba bagi bangunannya dan sesuai dengan kekuatan fondasi itulah ketinggian suatu bangunan yang dia inginkan (al-Fawaid, hal. 175).
Fondasi pertama adalah mengenal Allah, perintah, nama serta sifat-Nya dengan baik. Kedua, tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Al-Imam Asy-Syafi'i meletakkan kaidah dasar tentang kedua fondasi tersebut, beliau berkata, "Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah dan sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah. Aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang dari Rasulullah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Rasulullah." (Lihat Syarah Lum'atul I'tiqad, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin, hal. 36)
Adapun cara mengenal Allah itu bisa dilakukan melalu ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda keagungan Allh pada alam semesta atau seluruh makhlukNya), dan ayat-ayat syar'iyah (tanda-tanda keagungan Allh pada kesempurnaan ajaran agama-Nya). Sedangkan mengenal Allh Azza wa Jalla mencakup 4 bagian secara garis besar, yaitu mengenal keberadaan (Existence) Allah, mengenal keesaan rububiyah (Lordship) Allah, mengenal keesaan uluhiyah (Oneness) Â Allah (hak Allah untuk diibadahi), dan mengenal nama-nama dan sifat-sifat (Names and Atributes) Allah Azza wa Jalla.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H