Tentunya apa yang telah Allah perbuat untuk kita tidak bisa dibandingkan dengan apapun yang diperbuat oleh siapapun makhlukNya. Maka dari itu, tidak berlebihan jika Dia menuntut kita agar kita hanya mengagungkanNya tanpa mengadakan tandingan selain diriNya, bahasa yang lebih familiar adalah meng-Esa-kanNya. Allah berhak marah dan menghukum siapa saja yang tidak meng-Esa-kanNya sebagai konsekuensi atas apa saja yang telah Dia perbuat. Tidaklah heran jika umat Islam diwajibkan oleh Allah selama satu hari satu malam minimal tujuh belas kali mengatakan frasa iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in (hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan).
Setelah kita mengetahui apa yang telah Dia perbuat dan kita juga mengetahui apa yang seharusnya kita berikan kepadaNya atas apa yang Dia perbuat untuk kita. Maka Dia ingin seluruh ciptaanNya mengenalNya lebih dekat. Maka dari itu, Dia memberitahukan kepada kita nama-namaNya dan sifat-sifatNya melalui para nabiNya. Mengapa kita harus mengetahui hal tersebut dari para nabiNya? Tidak bolehkah kita mencari tahu dari sumber di luar itu? Misalkan dengan perenungan, tapa brata, semedi, mendapatkan wangsit dan sebagainya?
Jawabannya adalah tentunya yang Dia beritakan kepada para nabiNya adalah berita yang valid karena itu dia menunjuk perwakilannya di muka bumi yang official (resmi). Begitu juga dalam setiap negara, pasti memiliki biro khusus yang resmi yang menyampaikan segala sesuatu yang dilakukan pemerintah yang bersangkutan. Hal ini ditujukan agar kita tidak mendapatkan kabar hoax yang bisa saja dibuat oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan mereka masing-masing. Karena jika kita salah memahami nama-namaNya dan sifat-sifatNya dikarenakan mengambil dari sumber yang tidak dapat dipercaya, akan menimbulkan pemahaman yang salah bahkan bisa jadi kita akan berburuk sangka kepadaNya atas dasar yang salah itu.
 Demikianlah sekilas langkah-langkah bagaimana cara kita mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Tentunya tak bosan mengingatkan agar kita terhindar daripada hoax maka sumber agar kita tidak salah mengenalNya adalah Kitabullah (Al-Qur'an) dan As-Sunnah (Hadits-hadits Rasulullah) dengan bimbingan para ulama rabbani yang mumpuni di bidang ini. Karena tanpa bimbingan mereka, akal kita yang lemah ini bisa saja digelincirkan oleh hawa nafsu maupun setan. Wanas'alullaha salamatan wal 'afiyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H