Mohon tunggu...
Arif K Wijayanto
Arif K Wijayanto Mohon Tunggu... Dosen - bangkoor.com

Mahasiswa IPB Bogor | Blogger | Engineer | Designer | Bus Lover | BangKoor.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Manusia Bukan Budak Teknologi

7 September 2012   10:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:48 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mustahil. Mustahil rasanya bagi kita, untuk melarikan diri dari tuntutan zaman yang semakin canggih ini. Sulit, sulit rasanya membayangkan bagaimana rasanya hidup di dunia tanpa adanya bantuan dari kecanggihan teknologi. Ketergantungan manusia pada teknologi yang makin memanjakan terus menjadi-jadi dan kian mengkhawatirkan. Setiap bangun tidur, hal pertama yang kita lakukan bahklan sebelum mata terbuka adalah,  mencari-cari dan meraba-raba gadget kesayangan, baru kemudian membuka mata. Sadarkah?

Teknologi informasi dewasa ini merupakan kebutuhan vital manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Kemajuan yang agresif dari teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah  memungkinkan manusia untuk melakukan proses komunikasi informasi secara lebih cepat dan akurat dalam menghadapi globalisasi. (dicukil dari materi kuliah Teknik Informatika Pertanian)

Ketergantungan manusia pada teknologi salah satunya dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang tertanam pada perangkat-perangkat yang kemudian kita sebut sebagai gadget. Lihatlah perkembangan gadget-gadget sekarang. Lalu lihatlah mereka-mereka yang mengikutinya.

[caption id="" align="aligncenter" width="195" caption="Gadget Addict (sumber gambar: http://findyourcalm.blogspot.com/2010/05/breaking-addiction-crackberries.html)"][/caption]

Satu hal yang patut menjadi perhatian adalah fenomena masyarakat Indonesia yang merajai konsumsi gadget dunia. Beberapa pabrikan gadget dunia menganggap Indonesia adalah pasar yang sangat potensial. Sebut saja Nokia yang baru-baru ini kalah bersaing dengan Blackberry dan Samsung serta pabrikan-pabrikan lain. Sadar akan potensi pasar gadget yang besar di Indonesia, beberapa pabrikan bahkan sempat melakukan launching gadget teranyar mereka di Indonesia. Lalu apakah fenomena ini adalah pertanda bahwa masyarakat Indonesia telah melek teknologi? Faktanya tidak begitu.

Gaya hidup atau lifestyle menjadi alasan sebagian orang untuk terus mengikuti arus perkembangan teknologi. Hal ini didukung oleh adanya anggapan bahwa masyarakat modern adalah mereka yang selalu mengikuti perkembangan teknologi, termasuk diantaranya perkembangan gadget-gadget terbaru. Walhasil, penggunaan gadget hanyalah sebagai prestise yang menunjukkan gaya hidup masyarakat modern, tak lebih. Pertanyaannya, efisien-kah?

Masih segar dalam ingatan kita, ketika Blackberry, satu dari sekian pabrikan gadget yang digandrungi saat ini - mengadakan pemotongan harga secara besar-besaran pada beberapa produk gadget mereka. Segera, bagai seonggok gula yang menggoda, para penggila gadget pun berduyun-duyun datang bagai semut. Ironisnya, demi mendapatkan gadget idaman, ribuan orang rela berdesak-desakan. Lucunya, tidak sedikit dari para pemburu itu yang mengerti benar penggunaan gadget yang diincarnya. Bahkan boleh dibilang, sebagian dari kita rela menebus harga jutaan untuk gadget tercanggih, hanya untuk fungsi-fungsi standar yang juga bisa didapatkan dari gadget dengan harga yang lebih terjangkau. Efisien kah?

[caption id="" align="aligncenter" width="375" caption="Antrean para pemburu gadget anyar Blackberry beberapa waktu lalu (sumber gambar: http://tanahabangreview.wordpress.com/2011/11/26/blackberry-revisited/"]

Antrean para pemburu gadget anyar Blackberry beberapa waktu lalu
Antrean para pemburu gadget anyar Blackberry beberapa waktu lalu
[/caption]

Anne Ahira bahkan pernah menulis dalam salah satu artikelnya, bahwa pola hidup dan gaya hidup orang indonesia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Jadi, ketika satu orang sangat menikmati suatu produk, tentunya dengan sedikit promosi, produk tersebut akan dengan cepat dikenal dan dimiliki oleh orang banyak. Apalagi jika dibumbui dengan kontroversi dan kisah-kisah dramatis yang memainkan perasaan dan emosi, sudah pasti barang tersebut akan laris manis.

Prestise dalam berteknologi juga mewabah di kalangan anak-anak. Tak jarang kita saksikan anak-anak berseragam putih merah menggenggam Blackberry. Beberapa orangtua beralasan takut anak-anak mereka minder karena tidak memiliki Blackberry atau gadget canggih lainnya. Lalu sebenarnya apa fungsi Blackberry bagi anak-anak itu? Apakah mereka pengguna layanan push e-mail yang menjadi salah satu layanan Blackberry? Apakah mereka butuh mengakses informasi akurat sehingga harus dibekali Blackberry ke sekolah? Tidak. Faktanya Blackberry yang berharga mahal hanya dijadikan penanda status. Ya! Status orangtua mereka. Tak lebih dari sekedar alat pencitraan. Efisien kah?

Gonta-ganti gadget adalah fenomena berikutnya yang menandakan tidak efisiennya masyarakat dalam ber-gadget. Hanya karena alasan takut dibilang ketinggalan jaman, sebagian dari kita rela merogoh kocek untuk berganti gadget secara rutin. Bosan adalah alasan lain yang menjadi faktor merebaknya tren gonta-ganti gadget. Hebatnya, terkadang kurun waktu pergantian gadget satu dengan gadget lainnya hanyalah beberapa minggu bahkan beberapa hari saja. Tren ini secara nyata terjadi di dalam masyarakat Indonesia. Lagi-lagi, efisien kah?

Sudah selayaknya bagi kita, sebagai penemu dan pengguna teknologi, untuk menggunakan teknologi (terutama gadget) sesuai dengan kebutuhan. Karena pada dasarnya, manusia adalah penemu teknologi itu. Manusia bukanlah budak teknologi.

INGAT: Technology is just a tool, Teknologi hanyalah alat bantu, bukan tujuan! Manusia adalah pengelola dan punya tujuan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun