FENOMENA USTADZ BERCUMBU POLITIK
Partai politik dengan platform agama yang dihuni oleh kalangan ustadz,tokoh-tokoh agama,ulama sejak kebebasan politik terbuka,lahir menjamur.Selain organisasi partai bercokol pada papan atas tidak luput pula para penghuninya menikmati keuntungan yang sama.Popularitas pribadinya semakin meningkat dengan wilayah jangkauan lebih luas.Berlomba-lomba meraih segala ambisi dan keinginan duniawinya berjubah “AGAMAIS”.Ruang gerak sangat leluasa dan keadaan nyaman yang luar biasa membuat situasi spiritual yang mestinya dimiliki oleh seoarang tokoh ulama,ustadz dan tokoh-tokoh religius serta karismatik dalam partai tersebut semakin luntur bahkan “HILANG”.Fungsi dan tugas yang semestinya dilakukan bergeser dari khitoh dasar.
Banyak data empirik yang menampilkan wajah-wajah asli para tokoh tersebut yang sangat berbanding terbalik dengan kulit luarnya,dapat kita jumpai.Perbedaan kata yang mereka ucapkan dengan sikap dan tingkah laku yang mereka perbuat sangat nyata tidak selaras.Mereka sangat mengerti,bukan menjadi persoalan ketika masalah etika mereka terbongkar dan mereka tahu bagaimana maindset berfikir umat(KARENA MEREKALAH YANG MEMBENTUK),mereka juga tahu dan mampu membalikkan fakta dengan berbagai dalil yang bersumber “AGAMA”
Hampir lima belas tahun lamanya mereka bercokol dipapan atas,alhasil manfaat secara nasional tidak terlihat dan terasa.Lebih ironis adalah wajah mereka tertangkap dalam jeratan “EGO dan HAWA NAFSU”,korupsi,sek bebas,kawin cerai,polygamy dan segala bentuk permainan dunia,Lebih mengherankan lagi tidak memiliki “RASA”.Tidak malu.merasa percaya diri dan ambisi tidak rasional,mersasa suci dan tetap tegar berdiri diatas mimbar-mimbar dan panggung-panggung ceramah meski borok dan kebobrokan sudah tercium bahkan ter blow up media massa.
Pembodohan sistemik
Sikap dan reaksi masyarakat atau umat ketika menyaksikan keadaan tersebut lebih cenderung apatis,membela secara membabi buta,tidak melakukan sangsi moral bahkan tetap sujud sungkem mencium tangan mereka adalah satu hal yang wajar,hal ini disebabkan oleh pembodohon yang berlangsung dalam waktu yang panjang dan lama serta terus menerus dijejali dengan doktrin-doktrin agama.
Esensi/makna dari agama dan hakekat firman(kitab suci) yang tersurat menjadi pijakan dan harga mati.Sedangkan nilai-nilai yang tesirat tidak ”MEWUJUD” dalam kehidupan.Manifestasi dari nilai-nilai tersebut tidak tercermin dalam sikap hidup keseharian.Penanaman rasa takut dan bentuk ancaman dari doktrin yang tidak rasioanl menjadi kunci pembentukan sikap pamrih atas “KEILAHIAN” semakin menghilangkan dan mengaburkan cara pandang akan kebenaran.Keadaan ini dipertajam dengan dimunculkankannya dasar pijakan lain dengan dalih sebagai pijakan pendamping.Hal ini semakin membawa umat jauh bergeser dari nilai dasar pijakan utama(yaitu kitab suci),semakin jauh dari hakekat.
Lima rukun islam salah satu alat yang paling utama dan memilik daya ikat kuat terhadap umat.Lima rukun tersebut:
• Dirikan sholat
• Mengucap kalimat syahadat
• Beribadah puasa
• Menunaikan zakat
• Naik haji
Lima rukun tersebut ditanamkan secara kuat namun berhenti hanya pada tataran sikap dan tata upacara yang tidak menyentuh “jiwa” atau “rasa” sehingga tidak lahir implementasi sikap hidup.Kenyataan inilah yang menyebabkan tingkat pemahaman yang sempit.Ketika dibumbui dengan bentuk ancaman dan iming-iming imbalan melahirkan potensi pembodohan dan pemanfaatan yang sangat besar.
1. Sholat : Hakekatnya adalah melakukan sujud dan sembah kaepada “TUHAN”.Bentuk dan tata upacara diambil dari dasar pijakan pendamping,sebagai bentuk atau contoh tauladan yang diberikan oleh baginda rasul.Iming-iming pahala ketika dilakukan dan ancaman dosa ketika tidak dilakukan menggeser nilai hakekat dari sholat tersebut.
2. Syahadat : Hakekatnya adalah sebuah pengakuan.Sering kali hanya berhenti pada tingkat verbal atau lisan sama sekali tidak menyentuh kalb.Bagaimana “rasa” ketika mengucapkan,syahadat adalah bentuk sebuah pengakuan,esensinya tentu menyentuh kalbu yang mengimani atas pengakuannya,manfaatnya tentu membawa keteguhan akan tuntunan kitab suci.
3. Puasa : Hakekatnya adalah berperang melawan “ego dan hawa nafsu”,mengendalikannya hingga implementasi hidup menjadi fitri.Namun fakta yang tampak adalah justru ego dan hawa nafsu(baca juga tulisan),bulan puasa minta dihargai,minta dihormati.Sikap yang lahir justru arogansi,uforia dan bentuk-bentuk kemunafikan.
4. Zakat : Hakekatnya adalah berbagi.fakta empiris adalah uforia dan keinginan dipuji.Landasan yang mendasari bukan karena keiklasan dan ketulusan(baca juga tulisan).Pada akhirnya menjadi ritinitas belaka.Munculah badan-badan amil zakat.
5. Haji : Hakikatnya adalah Ritual atau prosesi sebuah peziarahan(baca juga tulisan).Iming-iming dan kuatnya propaganda membuat umat menjadi buta dan lupa akan perintah.Kuota dan animo yang tidak seimbang memunculkan kesempatan pemanfaatan.Daftar haji dan bayar berangkat 5 tahun kemudian,secara financial bisa dibayangkan berapa banyak umat dirugikan.
Kesadaran umat yang tercipta sangat terkait erat dengan lima rukun islam tersebut dan dari lima rukun tersebut secara sistemik umat mendapat “brain wash” sehingga menjadi sempit dalam menelaah butir-butir rukun tersebut.Demikianlah fakta menyedihkan yang berlangsung secara terus menerus.Ego dan hawa nafsu para pemuka yang tidak lagi peduli akan pemahaman hakekat umat
Apakah akan mengejutkan ketika seorang umat yang salatnya berjalan secara luar biasa,taat dan tepat waktu namun dalam hidup tidak pernah rukun dengan sesamanya,masih banyak perbuatan yang mencerminkan sikap tidak taat akan “tuhan” dan bersekutu dengan ghaib untuk memperoleh harta dunia?Bagaimana seseorang yang rajin berdzikir dan mengucap kalimat-kalimat suci,sikap hidup yang tercermin adalah kasar dan beringas dangan tutur kata yang tidak bijaksana?
Bagaimana pula dengan sikap seorang penderma yang membagi dermanya dengan memakan korban berjatuhan,bahkan korban jiwa melayang?Bagaiman pula dengan sikap yang merusak property atau warung atau toko atau rumah makan orang lain atas dalil puasa dan bulan romadhon?Dan bagaimana pula seseorang sudah berangkat haji hingga tujuh kali namun anak kemenakannya makanpun tidak mampu?atau makam para leluhurnya ditumbuhi ilalang dan semak belukar,diberaki kerbau dan sapi?
Semua terjadi karena system telah tertancap dan secara sistemik pula bekerja melakukan brain wash atas kepentingan dan nafsu segelintir manusia yang serakah dan rakus.Bermain politik dan melakukan korupsi.Melegalisasi perzinahan atas nama agama,menghalalkan segala cara mencapai tujuan,tidak bersikap satrio dan legowo menerima kenyataan,menciptakan permusuhan dan terror,memanfaatkan umat yang fanatic karena sempitnya pemahaman dan kesadaran demi ambisi politiknya.
Pesan dan ajakan
Marilah kembali pada kithoh,kembali pada kitab suci,telaah secara mendalam rukun islam,dalami rukun iman.Mari kita perbuat hal tersebut diatas secara murni dan konsekwen,secara istiqomah dan beradab.Maka saatnya kebahagian yang hakiki dan keselaran akan termanifestasi.Dan kemurahan dan belas kasih “DZAT YANG MAHA PERKASA” akan senantiasa berlimpah……..>(GBU)<
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H