Mohon tunggu...
aku sangpencari
aku sangpencari Mohon Tunggu... Seniman - Single parent dan seniman yang ingin maju dan mampu membantu swsama

Seorang difabel yg memiliki skill bidang senirupa, kriya serta memiliki kemampuan mendidik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Hijrah

2 Desember 2019   10:22 Diperbarui: 2 Desember 2019   10:39 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jarum jam menunjuk pukul 16.45 Deru mesin bus antarkota bergemuruh melindas kerasnya aspal jalan propinsi antar kabupaten. Tampak kusam wajah salah satu penumpang, layaknya kain baju yang lama tak terawat. Wajar saja penumpang itu bermuram durja, karena untuk yang pertama kali setelah sekian tahun tidak pernah menaiki kendaraan bermotor. Hamzah nama penumpang tersebut.

Gedubrak........ serasa pintu perlintasan penumpang bus lepas dari tempatnya, demikian terasa dalam benak Hamzah yang dari awal menaiki bus selepas dia menghirup udara kebebasan. Suara itu semakin membuat kepalanya pusing, lebih lebih dirinya tidak tahu harus kemana.

Semenjak Hamzah mengalami keterpurukan rumah tangga 17 tahun lalu, dia hidup sebagai pengembara yang berpindah pindah tempat demi memenuhi hajat hidupnya karena dari pihak keluarganya enggan untuk diikutinya lebij lebih Hamzah memiliki seorang putri dari hasil pernikahannya yang gagal itu. Hingga akhirnya dia putuskan untuk menitipkan putrinya ke sebuah yayasan yang menampung anak anak yang kurang mampu untuk sementara waktu Hamzah tinggal mencari penghidupan.

Waktu terus berjalan, dengan segala kemampuan yang dia miliki, Hamzah mengadu nasib di sebuah kota yang terhitung ramai, namun demikian Hamzah belum mampu kumpulkan uang untuk dia tabungkan sehingga dia belum dapat menjenguk putrinya di yayasan.

Merasa kurang dapat memenuhi hajatnya, Hamzah berpindah tempat lagi ke kota lain dan tinggal di sebuah masjid kosong, bersyukur ada orang yang merasa belas kasihan pada dia, si penolong ini menawari Hamzah ikut jadi kernet truk tempat kerjanya..... uff syukurlah buat memenuhi kebutuhan makan, demikian pikir Hamzah.

Setelah dapat beberapa bulan mulailah ada jalan yang lebih baik dari itu. 

Pak Haji seseorang yang melihat Hamzah menawari Hamzah utk ikut bersamanya, dan tawaran itu diterima Hamzah dwngan rasa gembira, dari situ Hamzah mulai dikenal orang bahwa dirinya mampu berkarya dan karyanya mulai diminati banyak orang. 

Tak nyaman tinggal di tempat orang lain dengan hanya gratisan, muncullah ide untuk menyewa swndiri tempat setwlah Hamzah sedikit sedikit mwngumpulkan uang, dia sewa satu rumah di daerah yang agak dalam dengan harga yang murah dan mampu dia bayar. 

Waktu terus bergerak dan tak dapat dielakkan. Namun meski waktu berjala dan Hamzah terus berjuang untuk mengumpulkan uang, namun dia tak juga mampu mengumpulkan lebih, hanya cukup untuk dirinya sendiri sementara untuk putrinya di yayasan dia belum mampu beri. Hal itu bukan tidak beralasan tapi karena kondisi Hamzah yang penyandang cacatlah yang menjadikan demikian.

Tantangan demi tantangan terus dilaluinya, sampai suatu saat Hamzah tersandung pelanggaran hukum yang dia sendiri tak sadari bahwa dia telah melanggar hukum. Ya karena dia jauj dari keluarga dan sudah tidak dianggap oleh keluarganya. Pupus sudah harapan utk terbebas dari hukum. 

Masuklah Hamzah ke jeruji besi dengan alasan yang Hamza sendiri kukuh tidak sadari.............

Astaghfirullohal adzim......

Ampuni dosa kesalahan Hamzah

Dan segerakan kabulkan hajat dia untuk segera dapat mensejahterakan putrinya, meski aku tahu segalanya ada ditanganMu. Salahkah aku memohon dengan lelehan air mata yang sudah mengering ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun