Mohon tunggu...
Beny Akumo
Beny Akumo Mohon Tunggu... Pengacara - Ingin menjadi pengusaha

Seorang in-house Lawyer: itu saja, tidak lebih

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Telah Meninggal Dunia - Obituary

5 April 2011   05:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:07 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, berita duka cita itu saya terima melalui e-mail, atas meninggal nya salah seorang teman di kantor / perusahaan lama saya, seorang Ibu muda, baru berumur 40 tahun, meninggal dikarenakan kanker. Almarhum meninggalkan seorang anak yang masih kecil, dan seorang suami yang bekerja di perusahaan yang sama, namun berlainan divisi. Sang suami (yang juga teman dekat saya ini) baru akan mendarat di Bandara Soekarno Hatta sore nanti dari perjalanan ke Eropa, yang sudah dijalani selama hampir dua minggu - beliau melakukan "perjalanan suci" ke Kota Yerusalem - sesuai dengan kepercayaan mereka, demi untuk mendoakan sang Istri agar disembuhkan atau diberikan yang terbaik baginya. Sang suami sebenarnya tidak ingin untuk bepergian tanpa di dampingi sang Istri, namun almarhum lah yang meminta sang suami untuk pergi, dan mendoakan almarhum disana. Sejak beberapa hari lalu (jumat minggu lalu) sang suami sudah berkehendak pulang ke Indonesia, namun takdir mengatakan lain - beliau tidak mendapatkan tiket kepulangan, hingga akhirnya sore nanti baru bisa mendarat dan kembali ke Indonesia, kembali pada keluarga nya, dengan hati yang sedih kehilangan orang tercinta, sang istri yang sangat ia cinta. Mereka pasangan yang baik, dan almarhum sudah menderita penyakit kanker tersebut sejak beberapa tahun belakangan, almarhum sudah berobat lebih dari cukup, Indonesia - Singapore merupakan rute yang sudah biasa bagi almarhum untuk berjuang demi kesembuhan penyakit tersebut (alhamdulillah semua biaya yang ditanggung selama penyakit tersebut menggerogoti almarhum ditanggung penuh oleh perusahaan - sampai dengan meninggalnya). Bagaimana rasa hati suami nya saat nanti sore mendarat di Bandara, dan mendapati sang istri tercinta sudah berpulang ke haribaan Allah SWT? Sakitkah? Sedihkah? Menyesalkah? Mengingat kepergian beliau kali ini sebenarnya tidak diinginkan oleh sang suami kecuali jika di dampingi oleh almarhum, namun karena permintaan sang Istri jua lah beliau berangkat dengan misi mendoakan sang Istri agar diberikan kesembuhan atau setidak-tidaknya diberikan yang terbaik bagi sang Istri tercinta. Dan mengingat beberapa tahun ke belakang sang suami selalu setia mendampingi almarhum, namun di saat sang suami bepergian ke luar negeri, di saat itu pula sang istri dipanggil menghadap Allah SWT, tanpa adanya sang suami di sisi almarhum. Saya percaya dan yakin,mereka berdua sudah "bersiap diri" menghadapi segala hal buruk (termasuk kematian sang istri nantinya) di saat cobaan penyakit datang dan diketahui oleh mereka, namun apabila sudah menghadapi kenyataan seperti ini - perpisahaan yang sesungguh-sungguhnya, apakah "kekuatan" itu masih tegar mendampingi hati suami dan anaknya, atau bahkan keluarga nya? Masihkah? Kehilangan pasangan hidup, kehilangan belahan jiwa, kehilangan cinta yang diakibatka oleh kematian adalah suatu takdir yang bisa saja menimpa kepada siapapun, bisa dengan saya, atau pasangan hidup saya, atau anda semua, mungkin saat ini kita hanya bisa membayangkan bagaimana sedihnya sang suami atau anaknya dari teman saya yang meninggal itu, hanya bisa membayangkan, bagaimana kalau terjadi sesungguhnya menimpa diri kita? Siap kah? Turut berduka cita atas meninggal nya Ibu Ni Nyoman Sri Astuti, di usia 40 tahun, semoga diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT sesuai dengan amal ibadah beliau di dunia, dan bagi teman saya - Bapak Jimmy, semoga diberikan ketabahan dan kekuatan mental dalam melewati cobaan ini. [caption id="attachment_98883" align="alignleft" width="300" caption="obituary"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun