Kejadiannya pada saat kami bermain sepakbola, di waktu masa-masa Sekolah Menengah Atas, tahun 1988, di acara pertandingan olahraga sepakbola antar kelas. Kelas kami atau kelas saya pada waktu itu bukanlah kelas yang jagoan atau menangan kalau bertanding sepakbola, walau beberapa dari kami pola dan cara bermain bolanya juga bisa dikatakan cukup dan lumayan bagus, tendangan yang kuat, gocekan yang bagus, serta ball position juga nggak kalah sama cara main klub Inggris - Manchester United yang tersohor itu. Penjagaan di belakang cukup kuat, keeper nya lumayan handal, di tengah juga begitu, sedangkan saya posisi di depan - istilahnya sebagai goal getter - pencetak goal sekaligus pemberi umpan-umpan tarik yang disegani lawan maupun kawan hehehehe ..., sayangnya badan kami kecil-kecil, sedangkan lawan kami pada hari itu - Kakak kelas satu tingkat di atas, lebih beringas mainnya, badannya lebih banyak yang besar-besar, namun secara teknik permainan hmmmm ya 11-12 lah dengan kami. Pemain lawan atau kakak kelas yang akan head to head (dalam hal ini artinya adalah yang akan berhadap-hadapan secara langsung di lapangan) dengan saya adalah seorang yang hitam tinggi besar, otot-ototnya terlihat seperti ksatria dari pringgodani - Gatotkaca - otot kawat tulang besi, hanya minus kumis jempaplang nya saja, dengan rambut keriting kriwil alias KRISYE alias KRIting SYEmua seperti sodara kita yang berasal dari Irian Jaya sana, hanya saja kakak kelas yang menjadi "lawan" saya di lapangan ini adalah orang jawa asli. Sebelum pertandingan di mulai, saya belum tahu yang akan saya "cover" dan yang akan meng-cover saya nantinya di lapangan siapa, dan saat itu saya tidak memikirkan siapa yang bakalan berhadap-hadapan secara langsung dengan saya, masa bodo, yang penting tujuan saya adalah mencetak gol sebanyak-banyak nya, atau memberikan assist kepada teman-teman yang lain yang akan bersiap mencetak gol juga. Hujan turun lebat pada hari itu, sejak pagi memang hujan sudah membasahi Kota Bandar Lampung, sedari pagi konsentrasi kami sudah bukan di pelajaran lagi, tapi masing-masing para pemain bola di kelas kami sudah menunjukkan wajah-wajah yang singit, wajah-wajah keras seolah-olah orang yang berdiri memberikan pelajaran alias Guru di depan kelas adalah lawan mereka, diprenguti, disingiti, dan jika mereka diberikan pertanyaan maka yang akan keluar adalah jawaban-jawaban ngawur, misal pertanyaannya siapakah nama asli Ibu Kartini? maka jawaban mereka - para pemain yang haus gol dan kemenangan itu akan menjawab ".. tanya sama Ibu nya Bu Kartini aja Bu ..." lahhhhh kan sengit gitu? sambil matanya nyureng-nyureng cari masalah. Akhirnya lepas jam sekolah tiba, dengan berlari, ada yang berkendaraan mobil, ada yang naik motor, kami semua menuju lapangan sepakbola yang berjarak tidak sampai 1 kilometer dari sekolahan kami, bak satu peleton tentara bayaran yang berlari berirama satu dua satu dua ... kamipun tiba di lapangan. Hujan masih dengan setia mengguyur lapangan, disana sini terlihat genangan-genangan air, hal ini tentu menyulitkan kami-kami dalam menggocek dan memainkan bola, bahkan untuk menendang bola pun pasti akan mengalami sedikit kesulitan. Wasit meniupkan peluitnya, menandakan pertandingan akan segera di mulai, dan semua pemain diharapkan masuk ke tengah lapangan, briefing sedikit mengenai apa yang dilarang atau apa yang dibolehkan. Kami semua bertelanjang kaki, permainan bola memang saat itu belum sedikit populer menggunakan sepatu khusus sepakbola. Bahkan ada pemain yang sudah sengaja membeli sepatu khusus sepakbola untuk dipergunakan di pertandingan itu diminta dicopot oleh sang wasit penuh wibawa itu "takut si pemakai sepatu khilaf dan menerjang lawan, seperti sandiwara radio brahma kumbara......." begitu kata sang wasit kita yang berwibawa itu. Setelah penjelasan basa-basi (karena kami semua paham, jika bola sudah ditendang saat peluit permainan dimulai, maka segala aturan tidak boleh ini atau itu akan tidak lagi berlaku, yang ada adalah siapa kuat dia menang, terjang menerjang, sliding tanpa aturan adalah taktik usang namun setia dipakai), maka pembagian tempat atau bola ditentukan dengan melempar koin ke atas, sedangkan masing-masing perwakilan sudah meminta bagian apa dari koin yang mereka akan ambil. Singkat kata, permainan dimulai: ".. yak bola dikocek oleh buyung, buyung membawa bolaaaa, digocek lagi diaaaa .. ahhhh sayang sekali ada anjas disana, anjas mengambil ancang-ancang hendak menendang bola yang akan diarahkan kepadaaaa ... aaahhhh sayang sekali ... bola sudah dicuri oleh poltak. Poltak sekarang mencoba melewati beberapa pemain belakang dari lawannnnn, sendiri dia disanaaaaaaa ... ada beny meminta tapi sayaaaaaaang ... bola langsung saja dicocor oleh poltak ke daerah gawang, dan ditangkap dengan mudah oleh penjaga gawang bernomor punggung duapuluh, marwan. Marwan mulai mengambil ancang-ancang untuk menendang bola ke tengah lapangaaaannnnnnn ... ada budi disana, budi terlihat bingung, ya namun tiba-tiba slamet menerobos dan mengambil bola ... digiring dan digocek menuju gawang lawaannnnn, ditendangnya ke pinggir sebelah kiri, yaaaa ada bambang ... tapi sayang, bambang kurang telitiiiiii, dan menghasilkan lemparan pinggir lapangan...." Laporan dari "Sambas" terus berkumandang tanpa corong pengeras suara, dilakukan oleh beberapa teman di pinggir lapangan. Reporter Sambas dari TVRI dulu sangat terkenal dengan siaran langsung nya mengenai pertandingan sepakbola (juga acara "Dari Desa Ke Desa"), seru jika sudah ada Pak Sambas yang memberikan pandangan langsung tersebut, dan itu dijadikan lelucon oleh teman-teman disaat pertandingan antar kelas dilangsungkan. sepakbola-internetSuatu ketika saya menerima bola muntahan dari teman atau lawan yang salah antisipasi bola, tepat jatuh di hadapan saya, dan saya coba untuk menggiringnya ke depan, namun sayang bola hasil giringan saya ini jatuh di genangan air yang lumayan lebar. Anda semua tahu, jika bola sudah jatuh ke dalam kubangan atau genangan air, maka bola akan susah ditendang keluar, harus dengan dicongkel dengan kaki, barulah bola bisa keluar dari genangan tersebut. Tiba-tiba lawan yang saya harus cover dan yang mengcover saya - sang Gatotkaca berotot kawat tulang besi minus kumis yang jempaplang dan berambut KRISYE itu sudah di hadapan saya, saya tidak bisa lagi mencongkel bola keluar dari genangan air itu, saya juga tidak bisa mendrible bola keluar dari genangan itu, bagaimana ini? ......... maka dengan sedikit kekuatan dan kenekad-an saya dengan sengaja menendang air yang ada di hadapan saya yang dekat dengan bola itu, .... splaaaaaashhhhhhhhh ... air muncrat dengan jumlah yang banyak mengenai muka juga mata dan hidungnya yang sedikit lebar itu, sehingga sekujur badan si ksatria Gatotkaca yang berotot kawat bertulang besi dan berambut KRISYE itu berteriakk "...bwaaaahhhhhhh ...", dia loncat ke hadapan saya, dan langsung mencekik leher saya kuat-kuat sambil dia berteriak kenceng "elu mau main bolaaa, atau mau ngajak berantem lurrrr????" ... fiuuuuuhhhhh ... saya dengan sedikit lemas berkata terbata-bata "nggak bang, maaf bang ... iya bang maen bolaaa bang" .... kemudian dia melepaskan cengkeraman tangan yang berotot kawat dan bertulang besi itu dari leher saya, dan ngeloyor pergi sambil masih terus ngedumel ... entah apa yang dikatakan saya sudah tidak dengar lagi, kuping saya langsung merah panas, muka sedikit pucat .. kemudian saya berjalan  sambil menunduk ... menunduk cukup dalaaaammmmmm ... dalaammmm sekali ... sambil cekikikan tiada henti ... Walhasil, kami kalah telak 5-1 ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H