Mohon tunggu...
Ika Maria- (Pariyem)
Ika Maria- (Pariyem) Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Melesat dari kenyamanan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Purnama Jogja dan Sam

15 Juni 2011   20:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:28 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Malam purnama bulan lalu menyinari tiang-tiang yang telah berusia sangat tua. Bangunan-bangunan yang kenyang menyaksikan waktu di masa lalu. Bank Indonesia yang berdampingan dengan kantor pos dan bersebrangan gedung BNI. Ingin membongkar lembar demi lembar peristiwa yang sengaja terlupakan. Namun, penuntun langkah menghentikan niat untuk terus mengayuh waktu.

"Ki, coba berhenti sebentar temani diriku merenung lima menit saja di depan gedung BI yang gagah ini. Di kotaku tidak ada gedung sebesar ini pasti berlimpah cerita-cerita yang berwarna-warni" rayu Ata sambil memandang di sekeliling ia berdiri.

"Ya, ada apa si kamu peduli amat dengan kondisi seperti ini? " tanya Ki pada Ata yang perlahan meninggalkan jejak-jejak tak berbekas.

Bayu berbisik pada Ata, "ada yang bisa ku bantu? sepertinya kau perlu bantuan" Bayu menawari bantuan kepada Ata.

"Bay, kamu tahu tidak ini benda apa si, kok bentuknya persegi panjang punya empat kaki. Daritadi aku berdiri disini ada banyak patung yang bergerak keluar dari benda persegi panjang ini" Ata menggerakkan tubuhnya berputar 90 derajad. Pemandangan yang sama terlihat di sana-sini.

"Itu namanya bus, Ta. Eh pertanyaanku belum dijawab. Aku bisa bantu apa ni daritadi kamu clingak-clinguk tidak jelas" sahut Bayu sambil bergelayut di sisi-sisi daun palem di depan gedung bercat putih pucat. Sepucat nasibnya di masa kini.

"Aku sedang berpikir, kok bus-bus berhenti di depan gedung ini dan pergi meninggalkan benda-benda asing di habitat ini. Benda asing itu berserakan dimana-mana tidak beraturan" Ta berusaha memperjelaskan situasi dimana ia berdiri.

"Ta, oh no. Tubuhku belepotan apaan ini. Bau dan mengotori tubuhku. Aku sudah mandi, gara-gara benda asing ini nongkrong di sini kotor deh" teriak suara Ki tepat di belakang posisi bus istirahat.

"Ah kalian ini. Itu bukan benda asing dari angkasa luar sana, ini Sam. Ya, dia bernama Sam namun tak sekeren namanya. Mereka sebenarnya punya rumah tapi teman kita, Insan sengaja mendamparkan Sam di sembarang tempat. Pemandangan menjadi kotor. Aku pun tidak setuju dengan keadaan ini. Lihatlah, gedung berusia senja ini menjadi rumah kedua Sam. Halaman gedung BI kini menjadi ajang penginapan permanen bagi Sam. Terkadang jika aku sudah sebal memandangi Sam, aku mengangkut Sam dan kawan-kawannya terbang bersama udara. Tapi tetap saja manusia berpangku tangan saja. Membiarkan keadaan seperti yang kamu liat sekarang. Andai aku bertenaga seperti badai Tornado di Amerika, aku akan memindahkan Sam dan kawan-kawan ke rumah mereka agar keindahan terpajang di halaman gedung BI ini" gerutu Bayu yang masih berayun-ayun di pelepah daun palem yang hijau.

"Aku juga heran di sekitar sini tidak ada rumah bagi Sam. Hanya satu gundukan tanah persegi berukuran 2 meterx 2 meter yang sepertinya menjadi rumah bagi Sam dan kawan-kawan. Tapi, bukankah manusia itu hebat punya mata, tangan, hidung, kaki, mulut, otak. Mereka pun berpendidikan tinggi ada yang S1, S2 bahkan S3, mereka kaya dong tentunya punya uang nayatanya bisa sekolah tinggi. Sebangun rumah saja untuk Sam tidak nampak di tempat ini" Ta semakin binggung dengan pola hidup manusia.

"Ya, entahlah Sam terlantar dimana-mana. Aku senang Jogjaku ramai dikunjungi orang-orang dari berbagai daerah, tapi aku benci ketika mereka puas menikmati Jogja, Sam-sam baru ditinggalkan begitu saja. Jogjaku menjadi penuh Sam dan kawan-kawan" ujar Bayu dengan nada lirih  kepada Ta yang diam berdiri memandangi keadaan sekitar halaman BI.

"Di malam purnama ini, aku berdoa semoga manusia-manusia hebat yang sempat menginjakkan kakinya di tanah Jogjaku tidak membuang Sam-sam baru di sembarang tempat. Apa susahnya meletakkan Sam dan kawan-kawan di tempat yang layak. Dan semoga gedung BI kelak tidak dijadikan Sam-sam baru, ehm ya sudah sampai jumpa Bayu semoga esok kita bertemu lagi" Ta mengedipkan tubuhnya dan bergerak menjauh.

"Ok, Ta dan Ki. Kenapa kamu berucap semoga gedung BI kelak tidak dijadikan Sam-sam baru? jawablah sebelum kau pergi kawan" teriak Bayu.

"Tanyakan saja pada manusia hebat yang pernah melintas di tempat ini, mereka sudah belajar sejarah tentang Indonesia. Mereka tahu jawabannya, bagaimana cara menjaga dan menghargai sejarah negaranya" jawaban ketus meluap seiring bau busuk yang semakin menusuk hidung.

[caption id="attachment_114254" align="alignleft" width="300" caption="Sampah yang ditinggalkan wisatawan untuk Jogja (dok.p)"][/caption]

Ket:

Ata/Ta: indera penglihatan alias mata

Ki: Kaki

Bayu: Angin

Sam: Sampah

Semoga tidak binggung setelah membaca tulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun