Mohon tunggu...
Ika Maria- (Pariyem)
Ika Maria- (Pariyem) Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Melesat dari kenyamanan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Karena Terbiasa

18 Januari 2011   07:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:27 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

cepat-cepat melaju ke arah teras. sel-sel kulit wajah Rama memamerkan rona terjelek dan terburuk sejak aku bertemu dan kenal dia. murung, cemberut. ogah menatap diri yang sudah memasang muka ceria karena telah berkencan dengan angin sawah yang beku.

"udah muter-muter ke tempat biasa kalian lakukan tidak ada, sampai ke arah pasar juga ndak ketemu tante, dari sejak bangun dicariin Rama, rewel minta anterin jogging sama kamu" ujar bunda Rama.

"tadi jalurnya pindah ke arah belakang gereja karena lebih seger udaranya, ya udah ayo Rama jogging lagi sama tante. tadi mau bangunin Rama gak tega" ajakkanku pada si cilik cerewet itu.

muka sedihnya masih bergelantung seperti awan sirrus yang hendak memberikan hujan. awan mendung. semalam sebelum tidur kami sudah berjanjian akan jogging bersama. "karena Rama belum bangun, tante pergi jogging sendirian saja" kata-kata maafku.

kami pun mulai bercerita tentang lagu "dari terbit matahari" karena dihadapan kami sunrise tersenyum . sedikit-sedikit dia mulai ngomel. lawan jenis yang berpaut umur belasan tahun ini tidak mengurangi rasa keakraban kami. dan baru lima menit berjalan, sepasang binatang "bakpucung" masih asyik berhangat-hangat ria saling berpelukan di dahan rumput liar. dia pun mengamat-amati sepasang bintang itu dengan penuh rasa penasaran. "mereka sedang apa tante? "tanya dia.

"sedang tidur" jawabku sambil berlari-lari kecil. Rama mulai bersenandung lagi dan suara sumbangku segera menyatu dengan suara alami Rama. tawanya mulai mendarat di bibir lancipnya, saling berkejar-kejaran, namun tangan kanannya belum mau terlepas dari tangan kiriku. teringat semalam terdengar suara, bundanya mengajaknya jogging, tapi langsung ditolak. "Rama tu joggingnya sama tante aja, bunda gak usah ikut" ucap Rama yang suaranya memantul di tembok kamarku.

perlahan dia melepaskan genggaman tanganya saat tangan kananku mulai menyentuh embun yang telah jenuh di puncak tanaman padi. "tante ngapain si? tanyanya sambil menghampiriku berdiri.

"ada embun ni, Rama mau pegang? ajakku.

"mau" jawab nya yang tanganya langsung ku tarik dan menyentuhkan pada embun di puncak tanaman padi itu.

"dingin kan?" tanyaku lagi sambil mulai berlari-lari kecil.

"iya tante " ujarnya sambil mengikutiku dari belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun