Mohon tunggu...
Ika Maria- (Pariyem)
Ika Maria- (Pariyem) Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Melesat dari kenyamanan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ruang Kekasih

4 Januari 2011   04:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:59 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1294114902796934961

"aku rindu siramanmu yang memedihkan mataku " ujar gadis itusambil berlari mendekat pada ombak tanpa beralaskan kaki.

"owwwhhwhhhh" teriak gadis itu sambil mengangkat kakinya yang ternyata mengeluarkan darah segar.

"Wealah gadis manis, lihat-lihat dulu sebelum melangkah ini bukan area mu ini habitatku. maaf aku telah melukaimu. tubuhku memang telah mengering sehingga menusuk telapak kaki mulusmu" sahut garing.

setelah mengabaikan rasa sakit dan perihnya hampir dua jam gadis itu bercengkrama dengan ombak. sambil bercerita tentang senja yang baru saja tampil di panggung langit, so beautiful. malam telah mengantikan sore itu. panggung biru sudah bergeser tergantikan awan abu-abu yang dikerumuni cahaya-cahaya kecil mungil. stars. bermalam beratapkan stars. angin menjadikan ac di ruangan itu. dingin dan lembab.

tiba-tiba angin menjadi-jadi mungkin mabuk. karena beberapa bulan ditinggalkan kekasihnya, gadis. hujanpun datang tanpa permisi dan membasahi tiap helai rambut serta kulit yang menutupi tubuh gadis itu.

"aku ingin bersama ombak kenapa, kau, kekasihku hujan datang menggangu saja" teriak gadis sambil berlari menuju gubuk kayu untuk berlindung.

"aku juga rindu dengan kamu, aku juga cemburu sepanjang senja tadi kau berduaan dengan ombak dan sekarang aku ingin memberi kesegaranpada tubuhmu juga" jerit hujan sambil loncat-loncatan naik turun, langit bumi langit bumi.

lima menit berlalu. hujan pun menghilang entah dimakan buto ijo atau macan merapi. gadis kembali ke tempat semula. perlahan membuka bungkusan plastik yang berisi masalah berat dan ringan. kemudian matanya tertutup lekattak membiarkan ada ruang kosong terisi udara. batinnya menuju satu fokus saja, menemui kekasih jiwanya yang tersetia dibanding kekasih-kekasihnya di ruang itu, Hyang Widi. kesakralan dan ketenangan mulai berunjuk gigi. solusi-solusi siap memasuki plastik dan bersaing dengan masalah berat dan ringan tadi. gerakan bibir atas dan bawah tak terlihat. sunyi dan damai tenang menjadi tujuan gadis datang ke ruang itu. menyapa seluruh kekasihnya yang mampu menghiburnya.

pagi telah siap disambut kedua mata coklatnya. kesegaran sudah meregenerasi sel-sel yang bernyawa di tubuhnya. semangat sederhana Natal telah menjadi bahan bakar hidupnya.

ombak, trolor-trolor, kerang, senja, hujan, angin, dan banyak lagi para kekasihnya di ruang itu. ruang yang mampu mempertunjukkan, bahwa diri bukanlah terhebat. mempertontonkan Kasih Hyang Widi pada ciptaanNYa.

gadis itu kemudian pulang bersama teman-temannya dan sesaat ketika ia melihat layar handphone nya. mantan kekasihnya bersedia melupakannya dan menjalani kehidupan sendiri-sendiri.dan  ruang itu bernama pantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun