Mohon tunggu...
Ika Maria- (Pariyem)
Ika Maria- (Pariyem) Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Melesat dari kenyamanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ikur-ikur .....dari Malioboro

2 Maret 2010   04:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:40 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah lah siapa dia sebenarnya apakah bukan hewan yang biasa saja. Aku bertemu dengannya saat malam minggu kemarin berjalan-jalan di Malioboro. Bersama Diniy teman ku yang sama hobby nya jalan-jalan. Setelah lelah berjalan dan berdesal-desalan melirik mata ku ingin menghampirinya. Seorang penjaja untuk sesuap nasi malam itu. Dia begitu ramah senyum nya yang tulus terpancar malam itu. Anak-anak yang berjejer mengelilingi tubuhnya sambil memegang beberapa ikur-ikur yang ingin dibelinya.

Aku pun tertarik. Duduk dan minta pertimbangan Diniy. Ya inilah akibatnya. Jika bersama Diniy jika aku bertanya dia selalu memotivasi ku untuk membelinya. Ya meski tak secoklat yang ku harapkan setidaknya pengganti teman ku ya ikan ku yang meninggal sebulan yang lalu.

Ikur-ikur coklat sedikit bertabur emas murahan ini ku lepaskan bebas di lantai kamar ku. Malam itu dia masih ada tapi saat pagi datang. Aku tak menemukannya lagi. Entah bersembunyi disudut mana hingga mata telanjang ku tak mampu bertemu dengan dirinya. Sudahlah. Kemudian malam Senin tiba lah. Sekitar pukul 22.30 aku yang sangat sensitive dengan suara. Aku terperanjat kaget walaupun suara itu begitu lirih untuk telinga manusia.

Ku tatap ternyata iku-ikur miliki ku. Dia berjalan mendekat di leher ku. Entahlah dia sangat senang berkubang di leher ku. Aku memegang dan menjauhkan dari tubuh ku. Aku takut digigit karena capitnya sedikit tajam. Tetap saja dia mendekati ku terus. Aku hanya bias tertawa pelan sambil memandangi dirinya yang mungil.

Apalah arti dia hanya seekor hewan kecil yang hanya dapat ku miliki dengan mengeluarkan uang seribu perak saja. Aku berpikir, ini hewan apa jelmaan malaikat ya. Sebentar cekikikan dalam hati. Betapa konyol kata itu terlintas di benak ku. Tapi satu yang ku dapatkan aku merasa berdua. Tidak kesepian lagi sejak tiga malam terkahir ini. Setiap pukul 22.30 dia pasti akan datang walu terkadang lebih awal dan terlambat tiba mengusik senyum ku.

Pagi tadi dia masih menemai ku hingga pagi datang merayu mata ku untuk terbangun. Bahkan yang spesial, dia ingin menyaksikan kepergian ku meninggalkannya. Mungkin bahasa kami berdua berbeda tapi ku berusaha berkata dalam hati, aku pergi dulu ya. Sangat sepele sekali namun, ku ingin menghargai kehadiran nya di hari ku. Setidaknya dia walaupun seekor hewan tetapi memiliki rasa untuk diperhatikan bukan. Saat ku akan beranjak keluar kamar, ku sudah tak menemukan dia lagi entah berlari kemana itu ikur-ikur. Berucap thank’s Lord. Kau tlah ciptakan ikur-ikur kecil itu sebagai pelepas lara dan diam ku ketika malam bermain di hidup ku. Ya masih heran saja, mengapa dia suka ndesel-ndesel di leher ku. Ah hewan ini bertingkah juga. Nb: ikur-ikur: nama hewan dalam bahasa Brebes.

[caption id="attachment_84432" align="alignleft" width="300" caption="nami ku.. ikur-ikur"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun