panas
energi yang berhasil menusuk epidermis dan dermisku
saraf kulit terangsang
namun, mulut hanya terdiam tidak mau berkomentar
dingin
ketika panas tak mampu berpolah menguasai ruang
hangat
saat panas dan dingin sedang berlabuh di sudut kerinduan mereka
cairan sinovial milik sendiku mulai mengeluh
ingin terisi yang baru dan segar
perlembar daging tipis terobek dari bibirku
kering dan tidak terpoles
rambut yang jatuh kian bertambah
pandanganku mulai mendekat
genggaman tangan mulai tak erat
Senyum semakin meluruh
ah........ namaku pendiam
rinduku sudah mulai berasap
bahagiaku menjadi butiran kecil
ah.. aku sangat merindukan hujan di malam hari
menciummu
merasakan ketenangan bersama Pencipta
ternyata melupakan Mu walau sejenak
aku tak mampu
hidup memang bukan milikku melainkan hak ciptaanMu
purwomartani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H