[caption id="attachment_125804" align="alignleft" width="224" caption="Membuang rasa )iko poto("][/caption]
Ketika malam diam dan berbisik pada jariku
Kau ingin menyapa dirinya? Tanya angin yang membawa hawa dingin
Tidak. Ketusku
Getar itu sontak membuat senyumku binggah mendadak
Keluhmu selalu menepi ketika pagi akan berganti
Aku bosan melihatmu
Kupu-kupu jiwa berterbangan sebentar melirik pada kita
Mereka cekikikan tertawa lirih
“manusia itu lucu”
Saling bertukar
Rasa
Halusnya rasa itu menampar kesepian yang tak henti berakhir
Semakin dalam
Waktu terlalu cepat melanjutkan kisah anak manusia ini
Silih berganti memang hukum alam
Ketika malam berdatangan ingin memelukku
Tanganku terdekap
Tak mau menerima kalian semua
Biarkan pagi segera dating menyinari wajahku
Agar sedihku terurai oleh mentari
Sepiku terbakar sinar sang siang
Roda yang berlari di sepanjang Malioboro
Rasa itu belum datang duduk disana
Uluran waktu hanya pendekar hari
Ku mau kau hilang saja
Aus bersama puing-puing sepimu
Tapi, jalur itu memaksaku mendengar lagi
Semakin mengenalmu tanpa inginku
Senja pun mulai tersenyum memanggilku
Untuk bercerita betapa indah jika mengenal dan memiliki
Aku pikir semua berakhir
Namun, pintu awal yang ternyata mulai terbuka
Sudahlah,,, aku tetap diam
Karena kau pun diam
Biarlah daun-daun yang menghijau menjawab
Bahwa dunia itu sempit adanya
satu yang pasti
kendiku tetap membuang rasa itu
dan dunia masih mampu mengisi penuh kendiku dengan rasa yang lebih manis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H