Mohon tunggu...
Abdul Mutalib
Abdul Mutalib Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

#YNWA,...penikmat opini,kata dan kopi\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Racun di Sudut Ruang Rumah Kita

31 Oktober 2014   21:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:01 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang lain di sudut rumah kita (kotak ajaib),kini sudah tak lagi menyalurkan informasi dan ilmu pengetahuan. Melainkan menyalurkan (maaf) perpecahan antar masyarakat yang memang sudah mulai sdikit individualis, kotak ajaib itu menjelma menjadi sumber perpecahan ada adu domba dan adu kuat antar saluran yang merebut hati penontonnya

Kotak ajaib itu bernama "televisi" dia bergambar juga bersuara yang konon katanya bisa membawa pikiran siapa yang melihatnya secara terus-menerus. Televisi kini bukan lagi barang wah seperti di era tahun 70-an sampai awal 80-an. Kini dengan kemajuan tehnologi dan arus internet yang mudah diakses dimana saja menyebabkan televisi smakin mudah di dapatkan dan di akses isi tayangannya. Televisi dengan banyak varian model dan harga yang terjangkau sangat mudah untuk didapatkan apalagi dengan banyaknya jasa perkreditan yang masuk sampai ke pelosok desa ditambah biaya pinjaman+bungan yang ringan menyebabkan televisi hampir ada disetiap rumah tangga di Indonesia.

Kebutuhan akan kecepatan dan hiburan yang didapatkan dari siaran-siaran di televisi yang menyebabkan banyak diantara masyarakat yang seolah kecanduan akan isi dari telivisi,padahal tanpa sadar mereka secara halus terhipnotis dan akan merasa ada yang kurang dalam hidupnya jika tertinggal satu bagian jalan cerita atau berita yang lagi hangat,contohnya beberapa sinetron di saluran tv swasta yang pada jam tayangnya acara tersebut menyebabkan tv tersebut naik ratingnya,pastinya akan berdampak pada harga iklan di acara tersebut.

Masyarakat kita juga menjadi "tukang" komentar terhadap beberapa issue yang memang manjadi jualan dari televisi tersebut,issue panas perpolitikan misalnya, masyarakat dibuat menjadi pemerhati politik dan akan ramai berdebat di warung-warung kopi pinggir jalan. Masyarakat dibuat menjadi golongan Indonesia A dan Indonesia B dengan sumber dari tv A dan pastinya tv B.

Siapa sebenarnya yang di untungkan dari kondisi seperti ini? yah pastinya pemilik stasiun televisi,itu sudah mutlak,kalau ada yang menjamin bahwa televisi akan mencerdaskan anak bangsa,patut dipertanyakan lagi itu pasti misi yang tidak masuk akal dan kalau pun ada pasti sangat berat untuk mewujudkan stasiun sperti itu,

jadi mari mengurangi melototin "kotak ajaib" dan cerdaslah dalam memilih tayangan televisi

Terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun