Karya  : Ainul Hidayah
__________________________________________________.
Kulihat Rusdi mengelap sudut bibirnya, rupanya habis makan ayam panggang dari selamatan tetangga depan rumahnya dengan baju batik yang ia kenakan.
Hafal sekali aku motif batik kawung bajungnya yang sudah pudar karena sudah sering ia pakai juga cuci.
Rusdi kulihat melipat lengan bajunya dengan gusar.
Lalu ia berceloteh
Kang, tak perlu nanti kau menangisi mayatku ketika tiba di tanah merah basah.
Tertidur di antara gundukan mereka yang haus Al fatiha.
Ia menambahkan "kita akan mati lalu anak cucu kita berbondong bondong menggelar selamatan tujuh, empat puluh bahkan seribu hari kita ya kang ?. .
Tapi nanti aku tak akan kesepian karena saku celanaku telah berbaik hati membelikan sebungkus nasi pada pengemis tua tadi pagi. ."
Lalu aku bertanya pada Rusdi