Mohon tunggu...
Ainul Hidayah
Ainul Hidayah Mohon Tunggu... Lainnya - . .

Berbaris rapi lah bersama diksi, niscaya engkau abadi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kematian

7 September 2021   16:25 Diperbarui: 7 September 2021   16:27 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Karya   :  Ainul Hidayah

__________________________________________________.

Kulihat Rusdi mengelap sudut bibirnya, rupanya habis makan ayam panggang dari selamatan tetangga depan rumahnya dengan baju batik yang ia kenakan.

Hafal sekali aku motif batik kawung bajungnya yang sudah pudar karena sudah sering ia pakai juga cuci.

Rusdi kulihat melipat lengan bajunya dengan gusar.

Lalu ia berceloteh

Kang, tak perlu nanti kau menangisi mayatku ketika tiba di tanah merah basah.

Tertidur di antara gundukan mereka yang haus Al fatiha.

Ia menambahkan "kita akan mati lalu anak cucu kita berbondong bondong menggelar selamatan tujuh, empat puluh bahkan seribu hari kita ya kang ?. .

Tapi nanti aku tak akan kesepian karena saku celanaku telah berbaik hati membelikan sebungkus nasi pada pengemis tua tadi pagi. ."

Lalu aku bertanya pada Rusdi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun