Mohon tunggu...
Aktivia Ismi Lestari
Aktivia Ismi Lestari Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

S1 Pendidikan Matematika di Universitas Pelita Harapan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Penggunaan Gadget di Sekolah

1 Juli 2020   19:23 Diperbarui: 1 Juli 2020   19:24 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah seorang guru adalah sebuah panggilan untuk saya? Pertanyaan ini sering saya pertanyakan selama saya mengajar. Dan sampai di satu titik saya meyakini bahwa saya dipanggil untuk menjadi guru. OS Guinness (2011) mengatakan bahwa "Panggilan adalah kebenaran bahwa Allah memanggil kita kepada diri-Nya sehingga seluruh keberadaan kita, segala sesuatu yang kita investasikan dalam suatu pengabdian dan dinamisme khusus yang dijalani sebagai respon kepada seruan dan pelayanan-Nya." 

Pernyataan Guinness inilah yang mengingatkan kepada saya, bahwa saya sebagai guru harus berusaha sebaik mungkin melakukan tanggungjawab saya. Hal ini pula yang membuat saya terbuka dan terus mau belajar mengupgrade diri saya dengan semakin berkembangnya zaman.

Di era 4.0 ini khususnya saya sebagai pendidik harus lebih mengupgrade diri untuk memikirkan bagaimana saya memaksimalkan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar. Bagaimana menciptakan kegiatan atau tugas yang membuat anak didik saya semakin kreatif, lebih berinovasi, lebih kolaboratif, dengan memanfaatkan teknologi. Menurut KBBI Gadget (atau gawai) adalah alat elektronik atau mekanik dengan fungsi praktis. Selama 6 tahun saya menjadi guru di 3 sekolah berbeda, saya memiliki banyak pengalaman berbeda mengenai penggunaan gadget.

Pertama, tahun 2014 pertama kali saya mengambah profesi ini. Pemberian informasi selain melalui rapat langsung, kami juga menggunakan telegram untuk informasi-informasi lainnya. Sekolah kami sudah menggunakan Laptop, speaker, dan LCD dalam pembelajaran. Pada kala itu, saya merasa pembelajaran lebih efisien, ringkas dan lebih menarik. 

Penampilan sumber belajar berupa power point dan video membuat anak didik lebih antusias. Pekerjaan yang diberikan juga sudah membuat anak didik saya menggunakan gadget. Ada yang memakai gadget untuk mencari jawaban atau membuat makalah, ada yang menggunakan gadget untuk membuat video dan diupload ke media social, pada saat itu Instagram. Anak-anak lebih antusias, karena hasil kerjanya dapat dilihat oleh khalayak ramai di media sosial. Komunikasi dengan orangtua pun terjalin baik dengan tatap muka langsung maupun dengan menggunakan smartphone.

Kedua, tahun 2017 saya berada di sekolah yang baru dimana saya beradaptasi mengikuti gaya belajar dan perkembangan zaman. Kala itu, anak-anak dapat memakai gadget dalam pembelajaran di sekolah. 

Pertama kali saya menerapkan pembelajaran di kelas menggunakan gadget, saya sedikit terkendala, karena rules and procedures yang saya buat selama pembelajaran menggunakan HP kurang detail. Ada satu anak yang mencuri-curi waktu untuk membuka media sosial lainnya selama pembelajaran. Hal ini membuat saya memikirkan bagaimana caranya supaya anak tetap fokus pada pembelajaran dan tidak terganggu konsentrasinya. 

Kemudian, saya merancang perencanaan kembali, dimana sebelum memulai pembelajaran penting untuk saya melakukan ice breaking untuk menarik perhatian mereka, lalu mulai memberikan pendidikan karakter dan penyampaian rules dan procedures selama pembelajaran, serta tujuan pembelajaranpun harus membuat peserta didik tahu manfaat mengapa mereka harus serius belajar. Hal ini, lebih efektif dari sebelumnya. Penggunaan PC, Laptop, LCD, Speaker, Kamera, Smartphone sudah dikuasai oleh peserta didik dalam pembelajaran. 

Pembuatan video bukanlah hal sulit untuk mereka lakukan. Grup whattsap anak, orangtua, guru, mempermudah komunikasi. Tes menggunakan gadget, contohnya saat mengerjakan tes di Google classroom maupun di quizziz. Penerapan e-rapor pun mempermudah anak dan orangtua dalam mengakses perkembangan anak. Orangtua tidak perlu datang ke sekolah untuk melihat perkembangan anak, kecuali jika memang dipanggil untuk hal urgent.

Ketiga, tahun 2019 sampai sekarang, Fasilitas yang digunakan tak jauh berbeda dengan tahun-tahun sbelumnya, hanya saja penggunaan gadget khususnya pada masa sekarang membuat guru, siswa maupun orang tua, mau tidak mau menggunakan fasilitas ini untuk tetap berkomunikasi dan belajar. Sudah banyak aplikasi-aplikasi yang mendukung pembelajaran secara online. 

Masalahnya adalah apakah kita sebagai Lembaga pendidik sudah siap mengupgrade diri untuk mau tidak mau familiar dan menggunakan gadget dalam pembelajaran. Workshop-workshop untuk guru sangatlah dibutuhkan untuk tetap mengupgrade diri dalam mempersiapkan anak didik era 4.0, era digital. Gadget sudah menjadi bagian dari hidup pembelajaran, terutama pada masa Pandemi Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun