Jedaku kali ini untuk semoga.
Membentang istirah sebagai pembatas kelana.
Tentang apa saja kau suka dariku itu mengapa.
Untuk kemana atau siapa, cukup entah belaka.
Bilakapan mata rindumu mencari namaku,
ujung pena ikut pula bertapa bersamaku.
Cukup puisi kemarin kutulis untukmu.
Sebagai jelaga asmara pada alam maya,
bisa kembali kau baca berteman apapun rasa.
Mungkin sekembali dari sudut sepi,
bersama kata - kata segera aku menyapa.
Menuliskan cerita, atau mungkin mengulang puisi cinta.
Merentang jarak darimu walau setapak tentu tak mudah.
Seperti pula kau, bilamana gelisah oleh titik jumpa.
Kita berdua hanya perlu selalu percaya.
Perihal cinta, tetap kita jadi pemenangnya.
Aksara Wiwaksa,
kamar kegelapan.
Makassar, 05-03-2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H