Hehujan kembali tandang.
Rerimisnya menimpali bimbang
yang menggelayut gelap pada sebuah bayang.
Bebayang senyum yang mendian,
tatkala sedang menari bersama bebunga
di basah pelataran.
Begitu waktu melarut,
kembali hasratku padamu menaut.
Meringkas jenguk lewat selarik puisi.
Mungkin pula menjangkaumu lewat susunan impi.
Aksara Wiwaksa,
kamar kegelapan.
Makassar, 04-03-2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H