Lentera tertawa.Â
"Haha, sembarangan kamu. Bar. Aku sudah rajin sampoan nggak kayak dulu lah. Lentera sekarang lebih rajin sampoan. Haha .... "
"Iya, rajin sampoan karena ada anu. Lah, gua masih jomblo terus, Ra. Cariin jodoh napa buat gua." Bara menoel hidung Lentera.Â
"Heh, bukannya seorang Bara dulu banyak yang suka. Kenapa sekarang minta dicariin?"
"Masalahnya, ceweknya nggak ada yang mirip kamu. Ra."
Bara terus memperhatikan senyum sumringah Lentera. Gingsul yang tampak deretan gigi putih Lentera tampak jelas. Bibirnya segera mengatup. Lentera kewalahan mengatur detak jantung bergemuruh hebat.
"Berhenti bercanda Bara. Berhenti menggoda ku. Lebih baik kamu pulang sebelum Aji melihat kamu di sini." Lentera mendorong Bara keluar dari pagar.
Bara sangat kuat menginjakkan kaki sehingga dorongan yang Lentera layangkan nyaris merosot. Membuat tubuhnya hampir ambruk. Bara berhasil menangkup.
"Kamu baik-baik saja kan, Ra."
Lentera terdiam. Berbalik lalu lari meninggalkan Bara sendirian di tempatnya. Bara memilih pulang. Menutup pagar besi tanpa pamit.
Lentera membuka pintu kamarnya, melihat suaminya masih berbaring. Ia duduk di samping kirinya. Tiba-tiba Aji membuka mata.