Langit petang, di luar hujan. Azan magrib berkumandang. Si kecil Arga belum tidur, terus berceloteh bersama sang ibu. Ibunya bernama Darsi.
Cara Darsi menidurkannya.
"Dek, coba lihat di langit atap mulai gelap. Biasanya kelelawar hinggap di sana." Jari telunjuknya menunjuk ke atas genteng.
Usia Arga setahun lebih tiga bulan, masih banyak belajar mengucapkan sebuah kata. Dengan mendengarkan cerita ibunya.Â
Sang anak memperhatikan sangat. Tubuh si kecil miring ke kiri, ke arah sang Ibu.
Darsi kembali bercerita, "Kelelawar, kelelawarnya mengintip di celah kecil. Di lubang atap yang sedikit bergeser. Kemudian, hujan di luar sudah mulai reda. Di luar gelap, hari sudah larut malam. Kak Nino bobo, Kak Duri bobo, Nunu bobo, si kembar juga bobo. Dedek sekarang bobo, ya."
Darsi mengusap kening anaknya. Membelai rambutnya. Si kecil Arga mulai memejamkan kedua bola matanya.Â
Cerita yang singkat itu tak pernah lupa Darsi bawakan. Jika, memang dibutuhkan. Membuat sang anak pandai berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pandai berbicara dengan banyak kosa kata, meskipun, bertahap dari satu kata, ke kata lainnya.
Arga bisa memanggil Mama, Bapak, Mbah, Ente, Do yang berarti Om Dodo. Darsi sangat senang melihat pertumbuhannya.Â
Kata sehari-hari yang sering Darsi dengar, Arga bisa mengucapkan kata hujan, maem, num untuk minum air putih , Mimi untuk minum susu, ker memanggil ayam, Hua untuk memanggil kucing.Â
Darsi akan menegur begini.
"Bukan Hua, Dek. Tapi, meong."
Arga akan mengikuti ucapan Darsi, "Aong." Esoknya akan kembali memanggil Kucing dengan sebutan Hua. Darsi gemas melihat tingkah sang anak yang lucu.
Saat pagi-pagi, sesudah bangun tidur, sambil berbaring Darsi meregangkan otot tangannya, lalu kedua kakinya. Si kecil Arga terus memperhatikan. Lalu, menirukan  sang ibu. Olahraga di atas kasur.
Begitulah si kecil Arga. Cepat tanggap hanya dengan melihat.
Ada dongeng sebelum tidur yang pernah dibawakan oleh Darsi. Â Anaknya akan tertawa bahagia mendengar cerita sang Ibu dari sebuah puisi yang ia bacakan.Â
Puisi Aku Robot, dari Buku Kumpulan Puisi anak 'Serpih Biskuit' karya Brian Moses.
Menariknya, Darsi akan menirukan suara robot saat membaca puisi ini.Â
"A-ku Ro-bot i-tu ka-ta-ku. Ka-ta-kan pa-da yang la-in, de-ngan ca-ra bi-ca-ra-ku. A-ku ber-gu-mam men-de-ngung me-lin-ta-si lan-tai. Ku-kan ber-bun-nyi blip-blip-blip sam-pai kau bu-ka pin-tu i-ni."Â
Ada kata blip-blip yang sering diulang-ulang oleh Arga.Â
Si kecil Arga pernah mengucapkan sebuah kata yang asing. Darsi sendiri tidak mengerti maksutnya.
Lupa mengingat kata itu.Â
Ada lagi, puisi Mimpi Ikan Mas. Darsi membacanya sebelum tidur untuk Arga.
"Mimpi Ikan Mas. Aku hanyalah ikan biasa yang berenang-renang sepanjang waktu. Mulutku ku tutup dan kubuka dan tak banyak bicaraku. Tapi, aku punya impian istimewa. Mimpi yang sangat menyenangkan, tentu saja. Aku bermimpi jadi ikan malaikat yang berenang di kolam surga."Â
Darsi berharap setelah Arga tumbuh besar. Sang anak memiliki impian yang istimewa.
Darsi selalu saja memperhatikan tumbuh kembang anaknya. Mulai dari gigi. Gigi Arga baru tumbuh empat. Makannya sangat lahap. Suka minum air putih. Darsi menerapkan pola hidup sehat. Makan tiga kali sehari, olahraga pagi mengajak si kecil Arga belajar jalan.Â
Melihat anak usianya sudah bisa berjalan, Darsi terus menyemangati anaknya berjalan sendiri tanpa bantuan. Darsi bangga dengan anaknya. Bangga dengan daya tangkap sang anak yang cepat. Bicaranya yang lancar. Dimata sang ibu, Arga anak yang sangat spesial.
***
Pemalang, 14 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H