Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Andai Darsi Jadi TKI

14 Desember 2022   04:34 Diperbarui: 14 Desember 2022   04:44 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi diolah dari aplikasi dokumen Word

Darsi sudah berhasil melakukannya. 

Tuhan masih saja menguji dia dengan rezeki, dalam bentuk uang. Terkadang ada hari dimana ia lebih bersyukur karena tiba-tiba rezeki bisa datang kapan hari, tanpa mengulur-ulur waktu. Mengalir deras sederas hujan di Bulan Desember. Dan, ada hari di mana sisa uang tersisa dengan selembar warna hijau dengan gambar wanita bersanggul. Miris sekali. 

Darsi masih mampu menjaga kewarasannya. Ia banyak pelajaran berharga dari membaca buku. Ada kalimat yang terus Ia ingat dalam setiap katanya. Jangan terlalu, bersedih hati! Berbahagialah kamu yang masih berjuang di bawah. Karena hidup seperti roda yang berputar. Akan naik ke permukaan, tinggal menunggu waktu. Tuhan yang akan memutar roda kehidupan-mu suatu saat nanti. Jadi, bersabarlah! 

Tidak ada orang sukses tanpa butuh perjuangan. Semua berproses, berawal dari nol. Darsi, semangat. Hatinya terus menyemangati. 

Darsi mengusap butiran yang sudah membasahi pipi. Batinnya lebih legowo. Dibanding, sebelumnya. Darsi menghabiskan waktu selama dua puluh menit untuk mengeluh, menyalahkan takdir bergelut dalam hati. 

Orang pendiam memang selalu ramai dengan suasana pikirannya. Meracuni pikiran Darsi yang dihujani kesedihan tak berkesudahan.

Ia berbalik, mengintip celah dari sudut mata Amar. Suaminya menanggapi tatapan Darsi lewat senyuman. 

"Ujian kita belum seberapa, Ma. Mama nggak perlu kuatir besok Bapak pasti dapat uang banyak," ujarnya menyakinkan.

Amar sangat mencintai Darsi. Darsi juga sangat mencintai suaminya. 

"Mama itu orangnya bosanan, mana sanggup jauh dari Bapak. Yang barusan itu Mama cuma berandai-andai. Mama tidak serius ingin jadi TKI," jawab Darsi. 

Kemudian, tidak ada kalimat lain yang diucapkan sang suami. Darsi dan Amar menikmati malam yang indah setelah perdebatan telah usai. Kembali lagi dengan suasana hening. Rembulan tersenyum melihat mereka kembali bermesraan seperti sedia kala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun