"Apa lagi, Darsi?" Tanya Mak Cum dengan tatapan tak ramah.Â
"Itu saja."
"Beneran cuma sekilo, apa nggak kurang? Telur cuma satu, bok seperempat. Nanggung amat, Darsi." Mak Cum terus bergumam dengan kalimat menukik tajam.
Darsi pura-pura tak mendengarnya. Kepala Darsi senut-senutan kalau ditanggapi, perangainya semakin panjang. Mulutnya bisa sampai berbusa-busa.
Mak Cum menyodorkan barang pesanan Darsi, setelah jauh dari warung Mak Cum. Darsi misuh-misuh.
"Males tenan, aku beli di warung Mak Cum."
...
Malamnya, terdengar kabar dari toa masjid. Ada yang berduka, yang meninggal salah satu dari keluarga Mbak Sri. Darsi penasaran, ia pun berkunjung ke rumahnya.
"Mau ke mana, Darsi?" Tanya tetangga sebelah rumah. Melihat Darsi berpakaian serba hitam ia kembali bicara.
"Ke rumah Mbak Sri ya, kasihan itu Ibunya meninggal pantas saja warungnya tutup lebih cepat."
"Innalilahi wainalilahi Raji'un, oh, ternyata ibunya Mbak Sri yang meninggalnya, ya. Bude."