"Oh," jawab Kak Yon Bayu.
"Ya, Kak. Nunggu teman yang lain bahas itu, hehe .... Soalnya di grup itu Tri orang baru jadi harus jaim."Â
Jeda
Aku menghirup napas dalam. Niatnya jika uang tersebut akan gunakan untuk membeli buku cerita buat anakku. Selebihnya, untuk bayar BPJS atau untuk membeli M-com.
Tinggal di rumah mertua, juga harus hidup mandiri.Â
Andaikan aku hadir dalam acara itu. Orang yang pertama ingin kutemui adalah Kak Yon Bayu, kedua Bunda Lilik. Mereka orang baik, mengenal aku apa adanya.Â
Setelahnya, aku ingin berjumpa dengan Pak Rudi penemu angka numerik, Pak Tjipta dan Bunda Rose. Pak Budi tentunya yang sering memberi nilai apresiasi dalam cerpen artikelku. Pak Ikhwanul Halim, aku pernah satu buku dalam antologi menembus batas takut. Dicetak dalam penerbitannya, sudah lama tak lagi memberi kabar.
Tapi, lagi-lagi hatiku bertanya. Melihat kondisi keuanganku. Apa aku bisa pergi ke Jakarta bolak-balik. Pasti akan habis sejuta. Karena aku datang pasti ditemani suami dan anak. Suamiku akan melarang jika aku pergi seorang diri. Dia tentu akan sangat  kuatir.Â
Bila bukan tahun ini, mungkin di masa mendatang. Di tahun anakku telah tumbuh besar. Bisa jadi, keinginanku akan terwujud. Bukan angan-angan ku seperti sekarang. Bukan, begitu? Pikirku sendiri.
***
Pemalang, 28 November 2022