Senja telah menilisik, lukisan di sebagian awan biru, bersamaan dengan Melodi yang menghitung denting waktu. Menunggu jemputan belum kunjung datang.
Rama meninggalkan pesan.Â
"Lima belas menit lagi aku sampai." Melodi tersungging senyuman.
Laki-laki dengan mengenakan pakaian kemeja berwarna hitam, tubuh cukup tinggi berkisar 170cm. Membiarkan sepeda motornya terparkir di pinggir jalan. Mengajak Melodi untuk segera meluncur ke tempat yang mereka tuju.Â
Menonton Band, cuplikan film dan acara sambutan lainnya, dalam Kemeriahan perayaan Festival film Indonesia yang dibintangi artis Papan Atas.
Rama menunjukkan tiket menonton kepada petugas, bersama Melodi melangkah mendekati panggung. Tempatnya di adakan di luar ruangan. Pelataran Mall Porca. Hingga menjelang malam nanti. Pengunjungnya semakin ramai.
"Kak, mendingan kita cari tempat lain. Beli cemilan dulu, gimana?" Tawar Melodi sebelum acara pentas dimulai.
Melodi hanya menunggu band favoritnya tampil. Daun Pintu. Lagu dengan suasana sendu. Gadis yang selalu memberikan warna pink di bagian bibir itu. Tampak lebih modis dengan memakai celana jins, dengan atasan rompi black pink.
Rama terkesima dengan kecantikannya. Hampir saja limbung. Dengan sigap berdiri tegak. Menyodorkan sebotol minuman.
"Mau berkeliling dulu di Mall ini, Mel."
"Aku mau nungguin Daun Pintu tampil, Kak."
"Oh, ya sudah." Mereka mencari tempat yang lebih leluasa.
Bukan hal mudah untuk kembali di tengah-tengah panggung, yang sudah dipadati oleh penonton. Mereka di sebelah utara, bagian pintu masuk Mall. Bersandar di dinding kaca bening yang lumayan tebal.
Sepertinya Melodi menginginkan tempat utama, agar lebih jelas melihat langsung wajah Vokalis band. Teriakan demi teriakan memecahkan daun telinga. Saat nyanyian Daun Pintu, pertama kali dibawakan. Melodi berjingkrak menikmati musik.
Ia terus berjalan ke tengah-tengah, Rama mencoba mengikuti dari arah belakangnya. Langkah Melodi semakin mendekati panggung. Rama ingin menarik lengan gadis itu. Meleset. Melodi melesat jauh dari pandangan. Tubuh-tubub gempal penonton lain menutup jalan. Rama hanya terpaku ditempatnya.
Saat alunan musik berhenti digantikan pembawa acara keluar menyambut para penonton. Melodi kehilangan Rama. Dia mencarinya. Mencari celah untuk bisa keluar dari kerumunan. Sayangnya tubuhnya terlalu ramping, tidak sanggup mendorong kuat penonton lain.
"Gimana nih?" Melodi menggigit bibirnya menahan diri. Ingin berteriak.
Muncul ide di kepalanya.
"Minggir, Kak. Awas ada air panas, air panas!" Dengan membungkus lengannya sebagai alasan.
Para penonton tersentak, mendengar ucapan Melodi. Masing-masing memundurkan tubuhnya perlahan-lahan. Memberi jalan kepada Melodi. Hingga sampai menepi di bagian dinding kaca. Melodi bisa bernapas lega.Â
Sementara Rama masih saja terpaku di tempatnya. Melodi merogoh tas selempang. Mengambil ponsel, lalu menelepon Rama.Â
Ponsel Rama dalam sakunya, hingga dia tak tahu ada panggilan masuk.
Berulangkali Melodi mencoba, sama sekali tidak membuahkan hasil. Melodi memilih untuk beristirahat ke tempat makan. Di dalam Mall Porca. Menatap ponselnya lama.
Pesanannya sudah diantarkan, Rama belum juga tampak batang hidungnya. Gadis itu bosan berlama-lama, akhirnya memilih pulang meninggalkan Rama yang masih menunggunya di luar. Area panggung. Gara-gara Melodi ia terjebak dalam kerumunan para penonton.
Diluar dugaan Melodi mencari bus ke arah pulang. Memberi pesan terakhir kepadanya.
"Kak Rama, aku balik duluan ya. Maaf."
***
Pemalang, 9 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H