Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pintu

21 Agustus 2022   21:42 Diperbarui: 21 Agustus 2022   21:57 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ternyata tidak mudah membuatnya. Membuat pintu dari bahan sisa ada saja masalahnya. Dinding cepat sekali runtuh, tripleks dipasang bukannya pas malah mengelupas, merenggang dan paku saat dipalu tiba-tiba saja keluar dari tancapan.

Hampir saja aku kehilangan akal tetapi Sani terus menopang punggungku. Memijat pelipisku. Membuatkan segelas kopi hangat. Tampak jelas mimik wajahnya menunggu hasil dari kerja kerasku. 

Lekas aku menampik malas. Sangat bersemangat mewujudkan permintaannya. Sani, istriku tercinta. Aku sangat mencintaimu. apa pun akan kulakukan demi kamu.

"Dorong kuat-kuat, San. Biar pakunya menancap ke dalam. Jadi, lebih kuat." 

Sani terusmenerus menekan dari ujung bahan. Paku yang tadi dipalu ke lubang kayu menekuk keluar. Aku mengganti paku yang baru berulang-ulang dan akhirnya bisa terpasang. Hampir selesai.

"Makan siang dahulu, emas."

Tepat azan zhuhur bergema di masjid terdekat. Aku menikmati hidangan makan siang yang dibuat Sani. Rasanya seperti masakan Restoran. Istriku memang berbakat memasak.

Sayur bening, ikan tempe goreng dengan sambal, menjadi lauk hidangan hari ini. Sepiring rasanya belum cukup kenyang, minta nambah Sani malah menyuruhku melanjutkan pekerjaan. Halah, ya sudahlah. Akhirnya, aku pun tak dapat menolak. 

Sepanjang keinginan dia, sampai detik ini belum pernah aku mengatakan tidak. Kalau memang tidak bisa, aku diam saja. Diam-diam aku memperhatikannya, memperhatikan langkahnya ke dapur. 

Rupanya Sani tidak menyadari bahwa daster yang dia kenakan sudah pernah dimakan tikus tempo hari.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun