Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Harapan

18 Februari 2022   19:16 Diperbarui: 18 Februari 2022   19:22 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menikah Johan melarang Riana untuk bekerja. Biar Johan yang menjadi tulang punggung keluarga. Pada kenyataannya gaji Johan selalu kurang untuk biaya kebutuhan sehari-hari. Meskipun sekarang dia menumpang di rumah orangtuanya. Tetap saja membayar tagihan listrik dan air harus dibayar setiap bulan.

Malam hari Johan terus berusaha mencari informasi pekerjaan lewat kawan dan kerabat dekat. Karena tak ada jawaban Johan memilih keluar.

Saat itu Johan melihat ada wanita cantik di pinggir jalan hendak dibegal oleh dua pria berbadan besar.

Johan tak bisa tinggal diam, dengan kecerdikan merauk tanah dari pot bunga. Kemudian mendatangi mereka lalu menghempaskan tanah itu ke wajah dua pria begal. Yang kini menahan perih. Johan dan wanita tadi melarikan diri dengan sepeda motor.

Hingga sampai di perempatan rumah penduduk. Johan berhenti, "Lain kali hati-hati, Neng. Kalau keluar malam mending jangan sendirian." Tutur Johan.

 "Iya, emas. terima kasih, ini buat emas." Wanita dengan kedua lesung Pipit itu tersenyum ketika menyodorkan selembar kertas berwarna merah. Johan menolaknya.

"Kalau begitu sebagai ucapan terima kasih kita mampir dahulu di situ," sang wanita menunjuk sebuah lesehan tenda nasi goreng. 

Setelah dibujuk lama Johan akhirnya bersedia. 

"Saya Nisa."

"Johan." 

Mereka berjabat tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun