Setelah menikah Johan melarang Riana untuk bekerja. Biar Johan yang menjadi tulang punggung keluarga. Pada kenyataannya gaji Johan selalu kurang untuk biaya kebutuhan sehari-hari. Meskipun sekarang dia menumpang di rumah orangtuanya. Tetap saja membayar tagihan listrik dan air harus dibayar setiap bulan.
Malam hari Johan terus berusaha mencari informasi pekerjaan lewat kawan dan kerabat dekat. Karena tak ada jawaban Johan memilih keluar.
Saat itu Johan melihat ada wanita cantik di pinggir jalan hendak dibegal oleh dua pria berbadan besar.
Johan tak bisa tinggal diam, dengan kecerdikan merauk tanah dari pot bunga. Kemudian mendatangi mereka lalu menghempaskan tanah itu ke wajah dua pria begal. Yang kini menahan perih. Johan dan wanita tadi melarikan diri dengan sepeda motor.
Hingga sampai di perempatan rumah penduduk. Johan berhenti, "Lain kali hati-hati, Neng. Kalau keluar malam mending jangan sendirian." Tutur Johan.
 "Iya, emas. terima kasih, ini buat emas." Wanita dengan kedua lesung Pipit itu tersenyum ketika menyodorkan selembar kertas berwarna merah. Johan menolaknya.
"Kalau begitu sebagai ucapan terima kasih kita mampir dahulu di situ," sang wanita menunjuk sebuah lesehan tenda nasi goreng.Â
Setelah dibujuk lama Johan akhirnya bersedia.Â
"Saya Nisa."
"Johan."Â
Mereka berjabat tangan.