Menuju Kurikulum Merdeka Belajar, apakah bisa memerdekakan anak bangsa atau justru membingungkan para guru?
Mari kita lihat dulu dari keunggulan kurikulum merdeka belajar ini bagi para pelajar. Para pelajar tidak dipaksa untuk memilih masuk jurusan IPA, IPS, atau bahasa bagi siswa SMA.Â
Yang artinya Para pelajar diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Hal ini bisa mengembangkan bakat mereka karena sejatinya setiap siswa memiliki bakat masing-masing.
Sesuai dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengatakan Kurikulum Merdeka memberikan otonomi dan kemerdekaan bagi siswa dan sekolah, utamanya untuk mendalami dan bakatnya masing-masing.
Kurikulum Merdeka belajar dalam arti sekolah, guru-guru, dan muridnya, mempunyai kebebasan dalam berinovasi dan bertindak dalam proses belajar mengajar. Juga akan memudahkan proses belajar mengajar serta meningkatkan pemahaman untuk para pelajar.Â
Namun, guru sangat dianjurkan untuk tidak bersikap monoton. Agar pelajaran tidak membosankan hanya di dalam kelas namun lebih nyaman di luar kelas.Â
Ini akan membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem peringkat.Â
Guru juga diharuskan dari Kurikulum Merdeka Belajar, bisa meningkatkan kompetensi, menunjukkan kebiasaan refleksi untuk pengembangan diri secara mandiri, dan berpartisipasi aktif dalam jejaring dan organisasi profesi untuk mengembangkan karier.
Dikutip dari beberapa sumber seperti Berita Tempo, yang terjadi di lapangan, Kurikulum Merdeka belajar ini justru membingungkan bagi para guru untuk memilih tiga kurikulum, Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat atau kurikulum Prototype yang akan diterapkan dalam Sekolah.Â
Adapun Kurikulum ini membuat Keluarga kurang mampu akan kesulitan dalam soal biaya. Dari segi pemahaman untuk para pelajar yang terlambat Sekolah akan sulit beradaptasi ke kurikulum yang baru.
Jika kurikulum merdeka ini diterapkan dalam Sekolah. Apakah akan berjalan lama? Karena nanti jika kementerian pendidikan digantikan. Lalu kemudian akan ada peraturan baru membuat kurikulum baru. Yang ada guru akan bingung mengulang kembali proses pembelajaran.
Meski demikian, sebaiknya perlu adanya kesepakatan bersama. Demi kelancaran program kurikulum terbaru ini. Apakah layak dan bisa diberlakukan, atau malah sebaliknya membuat para pelajar minim ilmu karena jarang ada ulangan soal-soal yang dipelajari. Apalagi akan meniadakan Ujian Nasional untuk melihat kemampuan siswa dari segi peringkat. Yang ada mereka cenderung lebih menyepelekan pelajaran materi.
***
Pemalang, 17 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H