Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pensiun Kerja Beralih Menjadi Makelar

14 Februari 2022   22:08 Diperbarui: 14 Februari 2022   22:21 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pensiun kerja lalu beralih menjadi Makelar bukan perkara mudah. Makelar atau perantara merupakan orang yang bertindak sebagai penghubung antara 2 belah pihak yang berkepentingan.

Tentunya sebelum kerjasama antara keduanya harus dilakukan secara keterbukaan. Banyak resiko yang terjadi, apalagi bagi pemula yang belum berpengalaman dalam hal ini. Harus belajar bertanggung jawab.

Saya ingin bercerita tentang pengalaman suami baru-baru ini. Sebelumnya, suami bekerja sebagai security di Pabrik kabel. Cara kerjanya dengan tiga shift, pagi, sore dan malam. Total 8 jam kerja. Shift Pagi pulang jam 16.00 sore, shift sore pulang jam 00.00 malam dan shift malam pulang jam 8 pagi.

Gaji menunggu sebulan tanpa ada uang harian, tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Saya sendiri hanya seorang ibu rumah tangga. Akhirnya, suami memutuskan untuk resign. 

Suami memiliki keahlian menenun, dia mencoba menjadi buruh tenun. Gaji dihitung sesuai jumlah garapan sarung. Sebelum pandemi gaji tenun lancar dibayarkan. Sayangnya setelah memasuki tahun 2021, masa sulit perekonomian keluarga kami di roda bawah.

Seperti ketika pembayaran gaji yang akan diambil kadang menunggu waktu beberapa hari. Yang biasanya dibayarkan seminggu sekali, bisa sampai dua minggu. Atau benang tenunan kosong terpaksa menganggur. 

Saat pekerjaan tenunan mulai sulit karena pandemi. Saudara dari Bapak mertua meminta bantuan. Suami menjadi makelar rumah kontrakan yang berada di Bojongbata. Kontrakan setahun 6 juta harga dari si pemilik. Untuk memperoleh keuntungan, suami menawarkan orang lewat media sosial lebih dari itu. 

Terjadi masalah, karena foto kontrakan terdapat nama label salon pengontrak sebelumnya. Ke foto lalu diupload ke media sosial. Si pengontrak sebelumnya tidak terima, mengatakan bahwa dirinya belum benar-benar keluar dari kontrakan. Saudara suami sudah bilang bahwa si pengontrak sudah selesai kontrak. Dan, tidak lagi diperpanjang dengan alasan sudah membeli rumah baru. 

Namun, kenapa marah-marah menyalahkan suami saya? Suruh hapus postingannya. Apa yang terjadi? Akhirnya, Suami menghapus postingan. Memposting kembali kontrakan dan mengedit foto mencoret nama spanduk salon. Kontrakan pun akhirnya laku meski bersabar dalam dua bulan.

Lalu lanjut bisnis jual-beli, menjualkan odong-odong. Saudara suami sudah sepakat dari dia dijual 35 juta, suami berhasil menjualkan 36 juta. Terjadi masalah lagi.

Odong-odong dijual oleh orang Purwakarta. Dia datang ke Pemalang bersama supir dan asistennya. Persoalannya di sini, saat selesai pembayaran tiba-tiba saudara suami menuntut bahwa Tip di odong-odong terjual terpisah. Yang membuat suami kecewa. Seharusnya dia memperoleh keuntungan sejuta dipotong 350K, 250K potongan Tip dan 100K untuk anaknya. Tidak sesuai kesepakatan sebelumnya. Padahal yang paling menguras tenaga dan pikiran suami saya.

Meskipun demikian Saya sendiri bersyukur masih memiliki rezeki. Berapapun nilainya tetap disyukuri. 

Pekerjaan Makelar memang tak mudah. Selalu ada resiko yang harus dilewati. Tetaplah menjadi seorang yang jujur. Agar tetap dipercaya orang lain.

***

Pemalang, 14 Februari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun