Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Asisten Bos dan OB

6 Januari 2022   11:13 Diperbarui: 6 Januari 2022   11:15 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Interior ruangan di desain sangat rapi, rak besi terisi buku serta map terdapat berkas-berkas penting. Dio, Asisten Bos di Kantor sengaja menggantikan tugas pekerjaan di sini. Selama Bos besar berada di luar negeri.

Sebuah ketukan pintu menghentikan pekerjaannya. 

"Kopinya, Pak. Waktunya makan siang, mau saya pesankan makanan untuk bapak," tawar Sang OB.

Jemari Dio sibuk mengetik, "terima kasih." 

Kepalanya membungkuk dua kali, OB itu mengerti perintah atasannya.

Pria yang masih duduk menatap layar laptop wajahnya tampak serius penuh wibawa. dia tak banyak bicara karena fokus dengan pekerjaan. Sore ini akan ada presentasi dengan Kolega.

Sebagai Asisten yang dipercaya, Dio tidak ingin mengecewakan. Seperti sebelumnya dia pernah melakukan sedikit kesalahan.

File yang sudah dia siapkan pada malam hari disimpan di dalam sebuah flashdisk. Flashdisk tersebut diletakkan di laci meja. Ketika fajar menyingsing barang itu lenyap entah ke mana, mungkin ada orang yang sengaja menyembunyikan atau barangkali Dio sendiri yang lupa meletakkan. Alhasil Bos Besar naik pitam, dia dianggap tidak becus karena telah teledor menyimpan barang penting.

Dio sangat cerdas, meskipun file tersebut telah hilang dia masih menyimpan salinannya ke dalam dokumen lain di komputer.

OB itu kembali lagi dengan membawakan makan siang chatering Kulina. Kemudian diletakkan di pinggir keyboard. 

"silakan Pak," kata OB.

Box makanan sesuai dengan lidah Dio, meski begitu dia tidak berselera membiarkan makanannya tersisa banyak.

Lima belas menit OB itu masuk ke dalam ruangan, membereskan meja. Cangkir kopi yang tandas, piring makanannya masih tersisa nasi dan ayam sambal balado, tempe tahu goreng. 

Sang OB menghambur keluar, tersenyum ramah kepada Dio.

Hari berikut, tak ada yang spesial di dalam pekerjaan. Semua yang ada di sini sibuk dengan aktivitas seharian.

Orang kantoran memang begitu, mengandalkan OB membantu tugas mereka di luar jam kerja.

Dio mengawali harinya tak jauh beda hanya menatap layar laptop, mengetik balasan email yang masuk. Sang OB masuk membawakan segelas kopi hangat. Tanpa dia minta, makan siang sudah diletakkan di atas meja. 

"Jika makannya sudah selesai. Biar saya beresi sekarang," ujar OB berdiri dengan kedua tangan sejajar.

"Oh, iya. Beresi semuanya saja Pak."

Sang OB dengan senyum tersungging terus memperhatikan makanan sisa di piring. Berlalu menuju belakang.

Dio menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, merilekskan pikiran. Saat dia hendak beranjak tak sengaja sepatunya menginjak sendok. Dio pungut lalu bergegas ke arah ruangan OB dan mencarinya.

Tak sengaja Dio berdiri menatap pintu kaca dilapis atas. Sang OB yang baru saja ke ruangannya kini tengah melahap sisa makanan milik Dio. Pria bertubuh kekar itu terus memperhatikan dengan hikmat.

Luluh lantak hatinya, melihat pemandangan yang begitu menggugah kesadaran. Makanan sisa itu benar-benar dimakannya hingga tandas.

besok hari di waktu makan siang, Dio mulai bersemangat untuk melakukan pekerjaan. 

"silakan, Pak." Kata sang OB.

"Oh, ya. Saya lupa nama kamu, siapa?" Ujar Dio.

Baru kali ini dia menanyakan nama OB di kantornya. Mata sang OB terbelalak mendengar tanya sang atasan. 

"Saya Anton, Pak. maaf permisi, ini makan siang Bapak." 

"Anton, ya..ya. terima kasih ya emas Anton." 

Dio mulai peduli dengan Anton sang OB setelah kejadian kemarin. Saat makan pun Dio masih mengingat kejadian tersebut.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Anton sang OB kembali lagi akan membereskan meja.

"Sudah selesai Pak makannya," tanya Anton.

dia merasa sikap Pak Dio sedikit berbeda. Piring makanannya terdapat setengah nasi dan lauk-pauk yang sengaja dibagi rata. Senyum Anton begitu sumpringah. dia lekas pergi dengan terburu-buru.

Di belakang ruangan OB, makanan sisa dia habiskan dengan tangan kosong. Anton begitu menikmati makanan sisa itu. Dari balik pintu, Dio sempat berhenti sebentar, melihat OB itu sedang makan. Dio berlalu meninggalkan kantor.

***

Pemalang, 6 Januari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun