Aku mengenal Bu Panda, begitu sangat mengenalnya. Wanita paruh baya, seorang janda yang ditinggal mati oleh sang suami.
Ketika itu, Bu Panda berkunjung ke rumah. Balita yang baru berusia empat bulan sedang tertidur pulas. Terbangun sebentar saat Bu Panda akan memeluk. Langsung terbatuk-batuk.
"Rin, anakmu harus diberi obat. Orang dewasa saja kalau batuk rasanya tidak nyaman dan dada terasa sesak apalagi anak kecil," ujarnya.
Bentuk perhatian Bu Panda kepada Aya, anakku. Seperti keluarga dekat berbeda sekali jika dibandingkan saudara kandung sendiri.
"Belum sempat ke apotek, Bu. Suami belum pulang, lagian nanti siapa yang momong Aya."Â
"Bawa Aya saja kalau perlu."
Aku memperhatikan kaca jendela, cahaya memantul ke ruangan ini. Suasana begitu terik, kasihan Aya jika dibawa jalan-jalan nanti kepanasan.
"Sore saja yah, Bu. Masih panas," ucapku sambil menyuguhkan segelas teh hangat.
...
Aku kira Bu Panda hanya sekadar basa-basi tak dinaya, dia kembali lagi untuk pergi ke pasar. Bu Panda mengenakan gamis polos berwarna marun senada dengan warna gincu. Sandal selop sederhana serta dompet ditangan kirinya.