Oleh: Aksara Sulastri
Sempat berpikir, Mengapa harus ada tradisi cukur rambut bayi setelah 40 hari kelahiran?
Sebagai umat muslim Tradisi cukur rambut bayi setelah 40 hari kelahiran anak pertama sudah ada turun temurun dari jaman nenek moyang.Â
Menurut penuturan Ibu Mertua hal ini bertujuan untuk membersihkan dan mensucikan si bayi agar si kecil diberikan kesehatan. Bahkan rambut si kecil yang awalnya sedikit bisa tumbuh lebih lebat dari sebelumnya.
Namun, yang jadi masalah apabila tradisi tersebut menjadi terbebani bagi keluarga yang kurang mampu. Perayaan yang diharuskan membagi makanan ke tetangga minimal 30 orang belum jatah untuk para kerabat sanak saudara. Harus membayar dukun bayi yang sudah mencukur rambut si kecil, belum lagi tetek bengek yang lain. Uang yang dikeluarkan bisa sampai setengah juta.
Lebih pusing pekerjaan suaminya hanya sebagai kuli yang dibayar sehari 50ribu hanya untuk makan sudah habis tak tersisa. Boro-boro untuk nabung, mungkin bisa jadi lebih banyak hutang kalau tidak mendapat sokongan dari keluarganya. Rasa kepedulian terhadap sesama, terutama keluarganya.
Tapi, sayangnya bantuan tersebut bisa saja menjadi bahan gibah. Seringkali menyudutkan, membanding-bandingkan dengan anak satunya yang lebih mapan. Tidak masalah jika kuat telinga. Masa bodo, intinya sudah berusaha sendiri.Â
Memang senang mempunyai anak baru pertama kalinya. Jika tidak ada acara yang diwajibkan. Apabila hanya cukur rambut saja tak perlu perayaan selamatan. Seperti Perayaan 7 hari kelahiran, 40hari kelahiran, 7 bulan dan Aqiqah (ini malah lebih berat, anak laki-laki harus 2 ekor kambing dan perempuan hanya satu saja).
 Melihat kondisi keuangan, Bukankah itu perlu dipertimbangkan?