"What?!!"
Di mana mobilnya, gadget serta kunci mobil juga dibawa kabur. Astaga, apes. Allah menguji kesabarannya karena sifat kesombongan. Kaya membuat Ia lupa bahwa pernah jatuh miskin. Lupa, jika rezeki yang didapat sementara. Bisnis dengan usaha tanpa doa justru membuat pria itu jauh dari Pencipta-Nya.
Dalam sekejap, suara azan menggema dalam telinga. Fajar menemui Tuhan dalam keadaan bimbang. Berserah diri, kakinya berhenti dalam sebuah naungan.
Tempat kembali, dalam peristirahatan. Ternyaman tanpa harus membayar. Fajar bisa tinggal di situ kapan saja Ia mau.
Tangannya menengadah, wajahnya lembab karena tetesan air wudhu. Baru sekali ini dia berdoa. Menangis histeris. Adegan penuh penyesalan bermain di pikirannya. Momen dia ketika memarahi Sang Sopir yang telat datang. Lupa memberi jatah kepada orang tua di Kampung dan masih banyak lagi kesalahan yang Ia lakukan.
Ustad Yusuf adalah penjaga Masjid Ar-rahman ini. Duduk mendekati Fajar. Usai doa.
"Sabar Jang, ujian di dunia pasti akan ada akhir. Selagi mau merubahnya," Kata Sang Ustad.
"Amin, semoga saja. Bingung saya mau tinggal di mana. Harta yang saya miliki dalam sekejap hilang. Saya tidak bisa meminta bantuan keluarga di kampung. Hp juga hilang, uang juga tidak punya, Ustad."
Ucapanya terhenti ketika itu mata Fajar sembab, air matanya mengalir deras. Ketidakberdayaan membuat dirinya semakin putus asa.Â
"Untuk sementara bisa tinggal disini," tawar Sang Ustad.
**