Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mengenal Peribahasa dalam Urusan Rumah Tangga

10 Juni 2021   11:02 Diperbarui: 10 Juni 2021   11:32 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar by.googleapis.com

Banyak peribahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal urusan rumah tangga. Peribahasa tidak hanya dimaksudkan sebagai ungkapan sindiran, namun nasehat bijak manakala kita bisa menerimanya dengan baik. 

Peribahasa yang umum kita dengar terkait urusan ekonomi rumah tangga yang selalu timpang antara kebutuhan dan pendapatan adalah "besar pasak daripada tiang".

Sepintas peribahasa itu terdengar mudah, namun sangat sulit untuk diterapkan. Banyak faktor yang menyebabkan mengapa pengeluaran sering lebih besar dari pendapatan. Bukan hanya karena tidak pandai dalam mengatur keuangan, boros, atau hal lainnya. 

Faktor lain mengapa "besar pasak daripada tiang" sering terjadi adalah adanya gejolak eksternal di luar prediksi sebelumnya. Hal paling umum adalah terjadinya kenaikan harga kebutuhan pokok sehari-hari. Contohnya, dalam buku pintar di dapuir sudah dicatat sebelumnya, belanja kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) sebulan dianggarkan Rp 2,5 juta. Tetapi karena ada lonjakan harga beras, minyak, bawang dan lain-lain, maka anggaran yang disediakan tidak cukup.

Pilihannya adalah mengurangi belanja atau menambah anggaran. Pilihan pertama tentu tidak realitis semisal kebutuhan beras 10 kg per bulan, kemudian dikurangi menjadi 8 kg karena harganya melambung. 

Maka diambillah pilihan kedua, menambah anggaran belanja. Dari sini mulai terjadi rentetan pengeluaran tambahan dan celakanya, pendapatan yang berasal dari gaji suami tidak bertambah. Harus segera ada pemasukan tambahan agar tidak terjadi seperti disebutkan dalam peribahasa "besar pasak daripada tiang". Namun dari mana dan bagaimana caranya? 

Biasanya pihak istri akan memutar otak. Langkah pertama tentu berusaha untuk irit di luar anggaran untuk membeli kebutuhan pokok yang memang tidak mungkin dikurangi. Terlebih jika sudah memiliki anak. Tidak mungkin mengurangi anggaran untuk membeli susu dan makanan tambahan.

Jika pola demikian terus berjalan dalam waktu lama, maka kondisi ekonomi rumah tangga akan oleng. Jangankan untuk menabung sebagai persiapan anak sekolah, membeli rumah, kendaraan, dll. Sedang untuk menutup kebutuhan sehari-hari akan selalu tekor sebagaimana maksud peribahasa "besar pasak daripada tiang".

Jika dipikir-pikir memang sulit mengatur keuangan, terutama ketika pengeluaran banyak pemasukan sedikit. Memang seharusnya sebagai istri ikut bekerja sambilan. Untuk memaksimalkan kondisi keuangan agar lebih stabil. Uang istri bisa dipakai kebutuhan sehari-hari, uang suami bisa jadi tabungan masa depan untuk biaya sekolah anak.

Namun dalam kondisi apa pun kita tetap wajib bersyukur. Sebab dengan bersyukur beban akan terasa lebih ringan. Jika ingin mengeluh boleh saja. Asal jangan terlalu dipikirkan apalagi sampai lupa menjalankan ibadah. Pikiran akan lebih stres dan hal itu dapat memicu ketegangan hingga pertengkaran dengan pasangan. 

Satu kata penyemangat, lewati waktu dengan gembira. Sebab masa sulit hanya sekadar lewat. Menguji kesabaran untuk merubah kehidupan yang lebih baik.

Salam Sukses Kompasianer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun