Penulis esai lebih sering berurusan dengan proses belajar dari pada dengan proses kreatif. Tuntutan seorang penulis esai adalah siap untuk belajar dan mempelajari, tentunya akan memposisikan penulis menjadi seorang pembaca dari pada penulis-sastra. Seorang penulis esai dibentuk oleh lingkungan keilmuan dan sejarah personal penulis itu sendiri. Masalah terbesar seorang penulis esai adalah membaca, dan tantangan terbesar menguasai ilmu atau pemahaman topik tertentu adalah membaca. Membaca itu sendiri adalah sebuah aktivitas yang komplek dan ruwet, biasanya membuat alur internal sendiri dalam pikiran kita. Pada intinya semua adalah sebuah proses belajar bukan sebagai proses kreatif dalam hal ini menjelaskan perihal tentang penulisan esai.
Kesimpulannya adalah kemampuan utama yang menjadi fondasi seorang penulis adalah membaca, membaca yang komplek, imajinatif, berdaya kreatif. Seorang penulis juga mampu menjadi seorang editor yang bisa menyunting hasil tulisannya (selft editing). Penulis mampu mengerjakan penyutingan yang sederhana (mechanical editing) dan bahkan melakukan pengeditan yang sukup besar (subtansial editing).  Pada akhirnya yang harus dipahami seorang penulis adalah Gerak seluruh tubuh penulis adalah proses yang maha penting dalam pembentukan seorang penulis, inilah yang disebut Etos mendasar seorang penulis. Etos menghidupi.
Malang, Maret 2024.
Salam
Rudy Aksara_Nusa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H